Monitor, Tangerang – Ternyata humor bisa membuka hati yang tertutup. Dosen PJJ Prodi Ilmu Komunikasi UMN, Silvanus Alvin pun mengatakan seseorang akan kesulitan untuk mengatasi dinamika kehidupan jika tak ada humor.
“Sering kali ada hal-hal tabu yang sulit diangkat, tapi melalui humor hal ini bisa lebih cair dibawakan dan meminimalisir ketersinggungan pada lawan bicara,” kata Alvin yang juga dikenal sebagai penulis buku Komunikasi Politik di Era Digital Digital dari Big Data, Influencer Relations & Kekuatan Selebriti, Hingga Politik Tawa”.
Menurutnya, humor dapat menjadi penyambung lidah di balik ragam keresahan yang menganga di masyarakat. kita bisa mempengaruhi publik dengan hanya berbekal humor. Praktik luar biasa dari humor ini bisa dilihat melalui peranan para komika.
Para komika membawa materi jenaka yang bisa menempel di benak publik. Menurut Alvin, hal itu bisa terjadi karena humor telah menciptakan sebuah perasaan positif. Emosi itulah yang terekam sebagai kenangan di benak publik.
” Tak hanya itu, peran humor juga bisa “membumikan” masalah yang rumit sehingga mudah dipahami masyarakat. Meskipun demikian, penerapan humor tetap perlu mengedepankan etika. Kuncinya, yakni mendasarkan humor pada fakta dan tidak membawa konten berisi SARA,” ujar Alvin
Komika terkenal, Mamat Alkatiri mengatakan bahwa komedi itu ada timing-nya.
” Momen yang tepat ini sangat menentukan keberhasilan dari sebuah humor,” ucapnya.
Di samping itu, CEO IHIK3 & Humor Justice Warrior, Novrita Widiyastuti juga mengingatkan agar masyarakat terutama netizen tetap kritis terhadap humor. Misalnya, dengan kritis membedakan antara komedi satir hingga komedi yang mengolok-olok (mockery).
“Kalau kita ingin menjadi netizen yang ‘berbakat’ maka kita harus kritis sehingga tidak mudah tersinggung,” tukas Novrita dalam acara bertajuk “Diskusi Humor dalam Dinamika Kehidupan Bermasyarakat” di Lecture Hall UMN, Kamis (1/9/2022).
Acara “Diskusi Humor dalam Dinamika Kehidupan Bermasyarakat” merupakan kolaborasi antara Universitas Multimedia Nusantara (UMN) dan Institut Humor Indonesia Kini (IHIK3). Acara ini ingin mengedukasi keberadaan humor sebagai bentuk komunikasi yang tidak bisa dipandang sebelah mata. (abe)