Monitor, Tangsel – Aktivis 98 yang tergabung dalam Alumni UIN Bersatu mendeklarasikan penolakan atas merebaknya hoax serta bangkitnya dinasti orde baru (Orba) berkuasa di Indonesia.
Deklarasi digelar di Fifo Resto, Ciputat Timur, Tangerang Selatan, Minggu (20/1/2019). Turut hadir sejumlah tokoh yang merupakan alumni UIN Jakarta seperti, Direktur Lingkar Madani Indonesia Ray Rangkuti, Dosen politik UIN Jakarta Ali Munhanif, Pengamat politik Adi Prayitno, Mantan Komisioner Komnas Perempuan Neng Dara Affiah, eks aktivis 98 Ridwan, beserta sejumlah tokoh muda lainnya.
Ada tiga isu utama yang menjadi tagline deklarasi, yakni Menolak Hoax, Menolak Politisasi Agama, serta Menolak Dinasti Cendana. Acara itu dikemas dalam stand up politik, dimana beberapa tokoh satu persatu memaparkan bahaya ketiga isu tersebut dalam proses demokrasi di Indonesia.
“Saya mengapresiasi kawan-kawan panitia yang mengingatkan kembali bahaya orde baru ke panggung politik. Karena kita tahu, orde baru selama 32 tahun berkuasa melakukan berbagai kejahatan politik,” ucap Ray usai deklarasi.
Oleh karenanya, dilanjutkan Ray, dia beserta elemen demokrasi lainnya berkewajiban mengingatkan kembali kepada masyarakat tentang bahaya orde baru. Dimana indikasi kebangkitannya tercermin melalui 2 hal, pertama secara fisik dengan membangun partai politik, lalu kedua secara ide, seperti otoritarianisme, anti pluralisme, maupun anti kebebasan berpendapat yang pernah diterapkan pada masa lalu.
“Bukan arti kita menolak mereka berpolitik, kalau secara hak tentu saja mereka berhak. Tapi juga kita sebagai warga negara yang pernah ikut serta menjatuhkan orde baru mengingatkan kembali, bahwa masa kelam orde baru itu sangat tidak patut untuk kembali dibawa ke panggung politik Indonesia,” tegas Ray.
Sementara itu, salah satu deklarator Alumni UIN Bersatu Ridwan Darmawan, menerangkan bahaya hoax yang kini membuat proses demokrasi berjalan mundur. Dimana ide, gagasan, dan inovasi yang telah terbangun dihancurkan dengan berita-berita bohong. Bahkan parahnya lagi, hoaxs dikerjakan secara sistematis untuk menghancurkan lawan politik.
“Hoax saat ini tidak berdiri sendiri, ada kekuatan kelompok tertentu yang menggunakannya secara massif, terstruktur untuk menyerang dan menghancurkan popularitas pihak lain. Sebut saja misalnya soal isu PKI, kriminalisasi ulama, antek aseng, dan sebagainya,” kata Ridwan yang juga merupakan aktivis 98 UIN Jakarta.
Ridwan menyebut, bahwa hoaxs jadi satu-satunya cara bagi kelompok tertentu untuk menegasikan capaian prestasi orang lain, demi mendapatkan kekuasaan. (bli/mt01)