Monitor, Ciputat- Ketua MPR RI, Zulkifli Hasan, mengemukakan bahwa kemajuan bangsa itu tergantung siapa yang mengurus dan mengelola. Hal itu disampaikannya saat memberi sambutan dihadapan mahasiswa baru Universitas Muhammadiyah Jakarta (UMJ), Cirendeu, Ciputat Timur, Tangerang Selatan, Rabu (29/8/2018).
Menurut Ketua Umum Partai Amanat Nasional (PAN) itu, pilar utama dalam membangun sebuah bangsa terletak pada Sumber Daya Manusia (SDM), bukan pada Sumber Daya Alam (SDA). Oleh karenanya mereka yang diberi amanah untuk mengurus negeri, haruslah memperhatikan sektor pendidikan bagi peningkatan kualitas SDM tersebut.
“Kemajuan suatu bangsa ditentukan manusianya, bukan sumber daya alamnya. Dimanapun di dunia ini kemajuan bangsa itu tergantung siapa yang mengurus negara itu,” ucap Zulhas, sapaan Zukifli Hasan dihadapan 4 ribu mahasiswa baru.
Sejak awal berdiri bangsa Indonesia, dibeberkan dia, diisi oleh tokoh-tokoh intelek yang kemampuan personalnya melampaui jaman saat itu. Rata-rata, para tokoh tersebut lahir dari kampus atau sekolah tinggi yang kemudian menelurkan pemikiran-pemikiran besar.
“Pendiri bangsa Indonesia adalah generasi intelektual terdidik, yang lahir dari kampus berproses seperti teman-teman (mahasiswa) yang ada disini. Bayangkan mereka sudah bicara tentang kemanusiaan dalam satu undang-undangnya di awal kemerdekaan, sesuatu yang justru dipahami negara lain setelah 20 tahun kemudian,” ungkapnya.
“Mereka juga sudah bicara tentang keadilan sosial pada awal kemerdekaan 1945, padahal negara lain baru bicara tentang itu tahun 1960an, 15 tahun kemudian. Ketika negara lain baru mengenal gagasan demokrasi ekonomi dan Walfare State tahun 1970-an, Bung Hatta sudah menyampaikan hal itu tahun 1948, tiga tahun setelah merdeka,” tambahnya.
Mengikuti jejak The Founding Fathers, Zulhas menekankan agar generasi saat ini mengutamakan kualitas pendidikan demi meningkatkan kemajuan SDM. Sehingga dengan begitu, bangsa ini dapat cepat bersaing dalam era globalisasi yang massif terjadi.
Dia mencontohkan, dimana negara-negara yang perekonomiannya tergolong maju seperti Jepang, Korea, Singapura, bahkan hingga Malaysia pernah merekrut tenaga pengajar dari negara lain untuk mempercepat peningkatan SDM dalam negeri.
“Setelah Kota Hiroshima di Jepang dibom atom oleh sekutu, kita lihat betapa progresnya pemimpin-pemimpin di negara itu membuat banyak program yang bertujuan memajukan SDM-nya, sampai harus mengirim banyak mahasiswanya ke negara-negara maju, belajar disana. Kemudian juga lihat Malaysia, Singapura, mereka dulu memasok banyak tenaga pengajar dari negara lain untuk percepatan, dan sekarang berhasil,” ungkapnya lagi.
Masih kata dia, kebijakan demikian bisa lahir jika pemerintah yang diberi amanah mengurus negara konsen dan serius mengambil langkah-langkah percepatan demi memajukan SDM-nya. Jika SDM sudah maju, maka secara otomatis akan berdampak pula pada kemajuan bangsa itu sendiri.
“Jadi sekali lagi, semua tergantung siapa yang ngurus. Maju atau tidaknya sebuah bangsa tergantung siapa yang mengurusnya,” pungkasnya.(bli)