Monitor, Tangsel – Kondisi sejumlah Situ yang berada di wilayah Kota Tangerang Selatan (Tangsel) terlihat tak terkelola dengan baik. Pencemaran sampah, pendangkalan situ, hingga bercampurnya limbah dari lingkungan sekitar mengancam keberadaan ekosistem Situ Perigi.
Pantauan di lokasi menunjukkan, ada tumpukan busa putih yang tak normal di batas area pembuangan airnya. Meski belum diketahui isi kandungan dan penyebabnya, namun warga menduga jika busa yang menumpuk itu merupakan salah satu indikasi air Situ telah tercemar limbah.
Salah satu warga yang sejak lama sukarela merawat Situ Perigi, Suhanda Johan alias Kimpo, menuturkan, buih busa yang menumpuk di Situ Perigi telah ada sejak beberapa tahun silam. Namun begitu, dia belum mengetahui pasti penyebab munculnya buih busa tersebut.
“Busa itu sudah lama. Kita sendiri belum tahu itu berbahaya atau nggak, karena belum ada juga penelitian tentang kandungannya. Tapi yang pasti, dampaknya itu ikan-ikan kita di tambak banyak yang mati, maka nya sekarang kebanyakan warga pilih ikan tertentu saja untuk di taruh tambak,” ujar Kimpo, Kamis (21/3/2019).
Awalnya, sambung Kimpo, dia beberapa warga sekitar memiliki tambak ikan di aliran kali yang mengalir dari Situ Perigi. Ikan-ikan seperti gurame, bawal, menjadi benih favorit untuk dikembangbiakkan. Namun setelah terjadi banyak pencemaran di Situ Perigi, akhirnya sebagian besar ikan mati dan tak sanggup bertahan di aliran kali itu.
“Sekarang masih buka tambak, tapi ikannya jenis ikan lele saja, karena daya tahannya kuat. Kalau yang lain seperti bawal, gurame, itu sudah nggak bisa karena nggak bagus airnya,” imbuhnya.
Dia menduga, busa putih yang menumpuk di bagian pompa pembuangan air Situ Perigi muncul akibat kandungan air yang telah tercemar limbah. Baik limbah rumah tangga maupun limbah cucian mobil di Poll taksi yang berada di dekat Situ Perigi.
“Mungkin ya dugaan saya, disini kan ada juga poll taksi dekat sini. Bayangkan ada berapa ratus mobil di sana. Kalau belum ada IPAL (Instalasi Pengolahan Air Limbah) nya, sekali cuci satu mobil limbahnya mau tak mau mengalir ke Situ, kalau sehari ratusan mobil yang dicuci, bisa jadi makin menumpuk limbahnya, dan itu sudah berlangsung bertahun-tahun,” jelas Kimpo.
Menurut Kimpo, pencemaran di Situ Perigi makin lama makin mengkhawatirkan. Terlebih air Situ, juga mengalir melalui kali kecil yang digunakan masyarakat untuk digunakan sehari-hari. Baik dikonsumsi, maupun diperuntukkan sebagai sarana usaha tambak ikan.
“Air di Situ ini kan mengalir ke kali-kali kecil, sementara warga masih banyak gunakan air tanah untuk beraktifitas, untuk usaha tambak, untuk masak segala macam. Ya otomatis nyedotnya dari kali-kali yang ikut tercemar itu,” ucapnya lagi.
Keprihatinan itulah yang menyebabkan Kimpo dan beberapa warga secara mandiri tergerak untuk merawat Situ Perigi. Hal-hal yang dapat mereka kerjakan seperti membersihkan sampah di bagian belakang Situ, selalu rutin mereka lakukan setiap saat.
“Kita kan memang warga tinggal disini, siapa lagi yang mau peduli. Kalau dari Dinas Lingkungan Hidup memang kadang suka bersihin sampah di bagian depan sana, sampah di permukaan diangkut ke daratan, terus dibawa pake truk sampah. Tapi kalau yang di area Situ, seringnya kita warga yang sukarela bersihin sendiri,” paparnya.
Dilanjutkan Kimpo, kondisi Situ Perigi yang tercemar itu telah berdampak langsung kepada ekosistem di dalam air. Ikan-ikan yang dulu banyak bermunculan dipermukaan airnya, kini sudah sangat jarang ditemukan lantaran adanya pencemaran itu.
“Situ ini kan sudah dangkal juga, terakhir dikeruk itu kalau nggak salah sekira tahun 2016 lalu. Tapi ya namanya minim perawatan, jadi sekarang makin parah kondisinya. Semoga saja Pemerintah daerah, Pusat mau segera memperhatikan ini,” tandasnya.(bli/mt01)