Monitor, Tangsel – TPU Jombang, Ciputat, Tangerang Selatan (Tangsel) adalah lokasi pemakaman umum yang sekaligus juga disiapkan bagi pemakaman pasien Covid-19. Di sana terdapat 10 pekerja penggali makam yang saban hari bergantian menggali lubang.
Seluruh penggali makam itu bekerja dibagi menjadi 2 tim. Sejak pagi hari mereka harus siaga di lokasi, dan baru bisa pulang ke rumah menjelang larut malam. Bahkan pada situasi tertentu, pernah pula sampai dinihari masih harus bekerja.
Salah satu penggali makam, Aldi (20), menuturkan, jika setiap hari masing-masing tim harus menyiapkan sekira 2 sampai 3 lubang kubur. Dengan kata lain, tiap hari totalnya telah disiapkan 5 sampai 6 lubang kubur bagi pasien Covid yang meninggal.
“Tiap tim harus buat persiapan gali 2 atau 3 lubang untuk pasien Covid. Jadi buat jaga-jaga aja kalau ada peningkatan,” katanya di sela-sela istirahat menggali makam, Selasa (22/9/2020).
Fisik Aldi sendiri memang terlihat masih gagah, setara dengan usianya yang masih terbilang remaja. Sudah 3 tahun ini dia memilih bertahan bekerja sebagai tenaga lepas di TPU Jombang. Tak ada gaji tetap, tak ada tunjangan yang diterimanya. Aldi dan rekan sesama penggali hanya diupah Rp1 juta dibagi 1 tim untuk setiap lubang kubur.
“Satu lubang upahnya Rp1 juta, nanti uangnya dibagi 5 orang. Lumayan sih, cukup buat sehari-hari. Cuma capeknya benar-benar terasa. Apalagi kalau hujan, itu galinya jadi berat banget,” ungkapnya.
Dia mengungkapkan, bahwa dalam sepekan terakhir terdapat lonjakan jenazah pasien Covid yang dikuburkan. Jika hari biasa hanya 2 jenazah, namun kini jumlah itu bertambah menjadi 4 hingga 5 jenazah. Kata Aldi, upah yang diterima pasti otomatis bertambah namun rasa lelahnya kadang belum tentu hilang dalam sehari.
“Semingguan ini memang jumlahnya nambah, kan kalau biasanya paling 2 jenazah. Tapi sekarang-sekarang ini sudah 5 jenazah yang dikirim kesini. Upahnya nambah, cuman kan kita pegalnya nggak hilang-hilang,” sambungnya.
Dilanjutkannya, terdapat banyak perbedaan prosedur saat dia dan teman-temannya menguburkan jenazah pasien Covid. Yang paling berat adalah wajib memakai Alat Pelindung Diri (APD) lengkap. Setelah mengubur, APD pun dilepas lalu dibakar. Kemudian tubuh mereka disemprot disinfektan satu-persatu.
“Pakai baju APD (Hazmat) itu kan panas ya, pakai masker, sarung tangan juga. Bisa kebayang dah gimana pengapnya kalau panas-panas pakai baju itu, sambil gali lubang juga,” terangnya.
Bagi Aldi, tetap melakoni pekerjaan menggali makam adalah pilihan tepat saat ini, lantaran mencari kerja di luaran sana jauh lebih sulit akibat pengaruh pandemi. Kedua orang tua dan istrinya tak pernah melarang, mereka hanya mewanti-wanti agar Aldi selalu berhati-hati.
Kalau melarang sih enggak, tapi minta saya hati-hsti aja di lapangan,” ucapnya.
Sementara itu, Ketua TPU Jombang Tabroni menjelaskan, bahwa total saat ini sudah ada sekira 214-an jenazah Covid yang dimakamkan di TPU Jombang. Jika dilihat dari areanya, TPU Jombang masih sanggup menampung jenazah pasien Covid dalam jumlah besar.
“Kan luasnya ini tadinya sekira 3,6 hektare, tapi karena ada perluasan jalan tol, terpotong jadi sisanya 2,2 hektare. Kalau lahan untuk pasien Covid disediakan area seluas sekira 1.000 meter, tapi nambah-nambah terus sekarang,” katanya terpisah.
Masih kata Tabroni, jika dilihat dari penghasilan maka sebenarnya para penggali ini sangat berharap diberi perhatian lebih, misalnya honor bulanan. Namun karena sebagai pekerja teknis, maka mereka hanya menununggu kebijaksanaan atasan.
“Kalau kita sih kepengennya terjadi peningkatan kesejahteraan mereka. Cuma hal itu kan tergantung atasan (Dinas Permukiman),” tutupnya.(bli)