Monitor, Kabupaten- Ketua Paguyuban Pasar Pelangi Sepatan, Moh. Jembar mengungkapkan, bahwa terjadi penurunan daya beli masyarakat yang dipengaruhi oleh pandemi Covid-19, karena kondisi ekonomi dan sosial masyarakat.
Dia mengatakan inflasi April 2020 ini lebih rendah dari inflasi Maret, yang disebabkan karena penurunan daya beli masyarakat.
“Seharusnya jelang periode Puasa hingga Idul Fitri inflasi inti mengalami peningkatan karena banyak permintaan masyarakat barang dan jasa. Justru, inflasi inti melemah bahkan anjlok dari periode Maret 2020 kemarin,” kata Jembar, Senin (4/5/2020).
Dia menuturkan permintaan barang dan jasa di masyarakat berkurang drastis akibat penerapan pembatasan sosial berskala besar (PSBB) di berbagai wilayah untuk mengurangi penyebaran Covid-19.
Menurutnya, pemerintah harus mewaspadai indikator tersebut karena penurunan inflasi ini kemungkinan besar mencerminkan pelemahan daya beli rumah tangga.
Jembar mengatakan penerapan PSBB dan pelarangan mudik membuat konsumsi masyarakat untuk kebutuhan Puasa-Lebaran tertahan. Buktinya, kelompok pengeluaran transportasi pada April 2020 mengalami deflasi, begitu juga pada sektor buruh karena sudah banyak yang dirumahkan dan di PHK sehingga menambah deretan melemahnya ekonomi masyarakat.
“Komponen pakaian dan alas kaki tidak memberikan andil ke inflasi/deflasi. Nampaknya bulan ini tidak ada yang belanja pakaian dan alas kaki untuk lebaran,” jelasnya.
Dahsyatnya wabah virus corona, kata Jembar, sebagian besar pedagang bangkrut akibat sulitnya ekonomi dikalangan masyarakat.
“Ini bisa berkepanjangan terjadi bagi para pedagang, baik pedagang lauk pauk maupun sembako karena mengalami penurunan drastis. Nilai jual jatuh dan niat beli masyarakat berkurang. Berdasarkan fakta di pasar pelangi 50% pedagang sudah tak berjualan karena merugi akibat wabah virus corona atau Covid-19 yang melanda Indonesia,” ungkapnya.
Dia juga berharap, ada solusi dari pemerintah untuk bisa mencari jalan keluar dalam mengatasi krisis ekonomi ditengah pandemi virus corona.
“Pedagang ayam, daging dan ikan pun ikut menjadi serba salah, karena sehari jualan hanya dapatkan Rp 350 ribu yang biasanya mereka bisa mencapai Rp 3 juta sampai Rp 5 juta. Sampai kapan ini selesai, kalau melihat kondisi ketakutan kami hanya pasrah kepada Allah SWT agar di bulan penuh hikmah ramadan ini, wabah covid 19 bisa segera selesai, kalau tidak maka dampak akan bertambah parah,” pungkasnya.(mul)