TANGSEL, MT- Pemuda kelahiran Aceh, 5 Juli 1984 bernama Muhammad Yahya yang berprofesi sebagai dosen dan merangkap tukang tambal ban keliling, warga Pamulang, Kota Tangerang Selatan(Tangsel) menjadi inspirasi dan motivasi bagi kita semua akan pentingnya pendidikan.
Ditengah himpitan ekonomi yang melanda keluarganya. Ayah dua orang anak ini tetap bersemangat untuk menempuh pendidikan pasca sarjana (S2) di Universitas Muhammadiyah Jakarta (UMJ).
Untuk membiayai kuliahnya, suami dari Rahma ini bekerja serabutan. Menjadi tukang tambal ban keliling hingga jualan asongan.Pekerjaan tersebut dilakukannya pada malam hari setelah selesai aktivitas dikampus.
“Saya menjadi tukang tambal keliling biasanya pada malam hari mulai pukul 11.00 hingga pukul 02.00 malam di bilangan Lebak Bulus,” kata Yahya kepada Monitor Tangerang.Com
Menurutnya, penghasilan menjadi tukang tambal keliling cukup lumayan untuk membantu meringankan biaya kuliah dan kehidupan sehari-harinya. Terkadang, penghasilannya dalam satu malam bisa mencapai kisaran 500 ribu rupiah. Malahan pernah juga hingga 800 ribu rupiah.
Ketika ditanyakan, apakah tidak malu menjadi tukang tambal keliling. Yahya yang kini menjadi dosen di beberapa perguruan tinggi itu mengungkapkan bahwa, selama usaha yang dilakukannya halal, tentu ia tidak merasa malu ataupun minder. Malahan, dia tetap merasa optimis menyongsong masa depan yang lebih baik.
“Buat apa malu! Kan usaha tambal ban keliling adalah pekerjaan yang halal,” tuturnya.
Meskipun dalam kondisi ekonomi yang sangat kurang, Yahya tetap bertekad untuk bisa menyelesaikan gelar S2 nya. Sebab kata ayah dari M.Subhan(8) dan Fitriyani(7) itu pendidikan bisa menjadi modal untuk menghadapi masa depan.
“Saya berharap kepada generasi muda untuk tidak menyia-nyiakan waktu dan kesempatan. Jangan mudah menyerah untuk menggapai cita-cita. Sebab jika ada kemauan pasti ada jalan,” paparnya.
Dia juga berharap, apa yang dilakukanya selama ini untuk menyelesaikan pendidikan, bisa menjadi motivasi bagi anak-anaknya. Sehingga mereka tetap bersemangat untuk sekolah.
“Apapun kondisinya, saya terus memotivasi anak-anak saya agar tetap bersemangat mengejar cita-citanya,” beber Yahya.
Untuk meraih kesuksesan. Manajemen waktu, menurut Yahya sangat penting. Sebab, dengan manajemen waktu yang baik semua pekerjaan bisa diselesaikan.
Kini, cita-citanya untuk menjadi dosen telah berhasil. Gelar S2 (Magister Manajemen Komunikasi Bisnis) juga telah diraihnya. Itu semua berkat kegigihannya berjuang menyelesaikan studi, meski harus menjadi tukang tambal ban keliling.(mt02).