Monitor, Tangsel- Laporan Pengurus Besar (PB) Ikatan Dokter Indonesia (IDI) terkait jumlah dokter yang meninggal karena terpapar virus Covid-19 hingga Senin (6/4/2020) yakni 19 dokter umum dan spesialis, 5 dokter gigi, dan 6 perawat membuat keprihatinan sejumlah elemen kepemudaan yang tergabung dalam Organisasi Gerakan Pemuda Peduli Bangsa (GPPB), Mahasiswa Pancasila (Mapancas), Lembaga Pemuda Pembangunan Nusantara(LP2N) dan Alzaytun Society.
“Virus Covid-19 sebagaimana rilis yang dikeluarkan dari badan kesehatan dunia (world health organization) pada 11 Maret 2020 lalu sebagai pandemi. Bermakna penyebarannya keseluruh dunia dan berdampak tidak hanya kepada sektor kesehatan melainkan juga pada sektor perekonomian, sosial dan kestabilan suatu negara termasuk Indonesia,” kata Ketua Umum GPBB, Agus Salim, di Sekretariat Mapancas, Jalan Tekukur, Rengas, Ciputat Timur, Kota Tangerang Selatan, Rabu (8/4/2020).
Mengutip pernyataan Ketua MPR RI yang bersumber dari Ketua Gugus Tugas Penanganan Covid-19 dan kajian Badan Intelejen Negera (BIN), sambung Agus Salim, bahwa adanya potensi puncak penyebaran Covid-19 yang akan terjadi hingga bulan Juli 2020.
Sementara itu, tambah Agus Salim, dokter Erlina Bangun selaku Ketua Perhimpunan Dokter Spesialis Paru Indonesia yang disampaikan pada Jubir Presiden RI dalam acara talk show di sebuah televisi menjelaskan di rumah sakit tempat nya bekerja peralatan perang melawan Covid-19 seperti APD hanya tersisa untuk ukuran 3 hari saja. Padahal kita semua belum tahu kapan wabah Covid-19 berakhir.
“Rasa kemanusiaan kami terpanggil, jika hal ini tidak disikapi pemerintah secara cepat. Kami sangat khawatir akan berdampak terhadap psikologis para dokter, perawat, paramedis dan tim yang terlibat langsung dalam penanganan pasien Covid-19.
Mereka adalah pasukan perang terdepan menghadapi Covid-19. Kami sebagai mahasiswa, pemuda peduli perang terhadap Covid-19 tidak ingin mental para pejuang kemanusiaan ini runtuh,” ujar Agus.
Ditempat yang sama, Ketua Umum Mapancas, Medi Sumaedi menambahkan, pernyataan sikap bersama yang dilakukannya guna mendorong pemerintah melengkapi peralatan para tenaga medis seperti alat pelindung diri (APD) agar para dokter bisa lebih maksimal dalam menangani pasien Covid-19 yang selama ini menjadi garda terdepan perang melawan Covid-19.
“Tenaga medis kita harus terus diberikan support mentalnya agar kuat menghadapi pasien Covid-19 yang terus bertambah. Jangan sampai mereka down. Bagi mereka yang telah meninggal dunia, mengorbankan nyawanya demi keselamatan manusia lainnya harus diberikan gelar sebagai Pahlawan Kemanusiaan,” ungkap Medi.
Berikut isi pernyataan sikap yang dirilis Organisasi Gerakan Pemuda Peduli Bangsa (GPPB), Mahasiswa Pancasila (Mapancas), Lembaga Pemuda Pembangunan Nusantara (LP2N) dan Alzaytun Society;
1. Meminta kepada pemerintah untuk melengkapi peralatan perang para dokter, perawat, paramedis dan tim yang terlibat langsung menangani pasien Covid-19 dengan sangat serius karena pandemi Covid-19 adalah masalah serius yang dihadapi dunia dan Indonesia.
2. Meminta kepada Presiden RI, Ir Joko Widodo sebagai panglima perang tertinggi terhadap perang melawan Covid-19 untuk mengambil langkah-langkah tegas mendudukkan konstitusi tertinggi adalah keselamatan warga negara Republik Indonesia diatas segalanya.
3. Meminta kepada masyarakat Indonesia untuk memberikan dukungan secara moril dan tidak ada lagi yang mengucilkan atau sikap lain yang mendiskreditkan para dokter, perawat, paramedis dan tim yang terlibat langsung menangani pasien Covid-19 karena secara psikologis akan berdampak pada para pejuang kemanusiaan ini.
4. Meminta kepada seluruh masyarakat Indonesia untuk menggunakan rasa kemanusiaannya agar tidak menolak pemakaman korban meninggal dunia akibat Covid-19 untuk dimakamkan di pemakaman yang sudah ditetapkan pemerintah karena tidak sesuai dengan sila ke-2 dari dasar negara kita,” Kemanusiaan yang adil dan beradab”.
5. Meminta kepada presiden RI, Ir Joko Widodo untuk memberikan penghargaan kepada para dokter, perawat, paramedis dan tim yang terlibat langsung menangani korban Covid-19 yang meninggal dunia, telah mengorbankan nyawanya demi keselamatan manusia lainnya sebagai “Pahlawan Kemanusiaan”. (mt01)