Monitor, Tangsel – Lagi dan lagi, kekerasan di lingkungan sekolah kembali terjadi di Kota Tangerang Selatan (Tangsel). Kali ini menimpa 9 siswa di SMP Madrasah Pembangunan (MP) UIN Jakarta.
Kesembilan korban masing-masing berinisial MD, AD, KSN, RJH, JS, MSY, NA, FN, dan terakhir MFM. Mereka seluruhnya merupakan siswa kelas 2 SMP MP UIN. Sedangkan para pelaku adalah seniornya dari lulusan sekolah yang sama.
Para seniornya itu tergabung dalam sebutan gengster “Vembazak”, yang kini telah melanjutkan studi di berbagai sekolah, seperti SMA 1 Tangsel, SMA 9 Tangsel, SMA 87 Jakarta dan Madrasah Aliyah (MA) Pembangunan UIN.
Pengakuan salah satu orang tua korban benama Iqbal, putranya dianiaya secara fisik dan psikologis oleh para senior yang tergabung dalam geng Vembazak. Peristiwa itu berlangsung tanggal 14 Oktober 2019 di salah satu rumah pelaku.
“Anak saya sama 4 temannya di palak (dimintai uang), digebuki, dicekoki rokok, dicekoki miras sama alumninya. Kejadian pertama di rumah pelaku,” kata Ikbal, Senin (4/11/2019).
Kekerasan itu kembali berulang keesokan harinya tanggal 15 Oktober 2019, di kantin sekolah MP UIN yang terletak di Komplek UIN, Jalan Ibnu Taimia IV, Pisangan, Ciputat. Di sana yang menjadi korban berjumlah 5 siswa, kebrutalan yang sama dipraktikkan seniornya di gengster “Vembazak”.
“Waktu dirumahnya pelaku, korbannya ada 5 siswa, terus berlanjut besoknya di kantin sekolah ada 4 siswa. Jadi yang nggak datang ke rumah pelaku, dianiayanya di kantin sekolah itu. Mereka jiga sempat disuruh ikut tawuran dengan kode “Partai”, artinya ribut sama sekolah lain,” terang Iqbal.
Menurut Iqbal, kekerasan itu dilakukan seniornya dengan modus sebagai penataran kepada calon anggota gengster yang akan direkrut. Karena kesembilan korban menolak bergabung, lalu mereka dianiaya dan diteror.
“Kalau anak saya bilang, bahasa pelaku itu istilahnya penataran kepada junior yang nggak mau nongkrong bareng lagi. Bahkan sampai ada satu korban siswa lainnya, dipaksa matiin rokok pakai lidah,” imbuhnya.
Mulanya kekerasan oleh para gengster Vembazak ini tidak terendus oleh orang tua korban. Saat ditanyakan soal memar dan bekas hantaman yang nampak di sekujur tubuh, para korban kompak menjawab dengan alasan terjatuh saat futsal dan lainnya.
“Baru terungkap karena saya curiga, terus setelah didesak baru anak saya cerita. Terus orang tua siswa yang lain juga pada cerita yang sama. Kita semua orang tua kumpul dan bahas ini, dan kita laporkan ke polisi,” terang Iqbal.
Kapolsek Ciputat, Kompol Endy Mahandika, membenarkan adanya laporan mengenai kekerasan terhadap siswa MP Pembangunan UIN. Namun kini penanganannya diambil oleh unit Pelayanan Perempuan dan Anak (PPA).
“Terlapor ada 5, mereka adalah alumni yang sekarang sekolah di jenjang SMA. Kita kerjasama dengan Polres, hari ini dilimpahkan ke unit PPA,” ucap Endy.
Dilanjutkan Endy, hingga saat ini sudah 2 orang tua korban dan 1 orang tua dari pelaku yang dipanggil guna dimintai keterangan. Dari sana diperoleh pengakuan, bahwa korban dipanggil dan diajak ke rumah terlapor hingga terjadi peristiwa itu.
“Sudah 3 orang tua yang kita mintai keterangan, kalau hasil visum saya belum melihat,” tukas Endy.(bli)