Monitor, Tangsel- Dinas Lingkungan Hidup (DLH) Kota Tangerang Selatan (Tangsel) mengungkap asal sumber limbah kimia yang mencemari sungai Jaletreng. Limbah berasal dari kawasan Pergudangan Tekno yang berada di sekitar lokasi.
Limbah itu mengalir dari gorong-gorong besar yang berada persis di dinding turap sungai. Cairan pekatnya langsung merubah warna sungai, jika di aliran sebelum gorong-gorong berwarna alami kecokelatan, namun setelah melewati gorong-gorong berubah warna menjadi gelap berminyak.
DLH sendiri telah berkordinasi dengan pengelola Pergudangan Tekno dari pihak BSD pekan lalu. Namun pertemuan itu hanya melahirkan rekomendasi kepada pengelola untuk menyusun rencana penanganannya ke depan.
“Kita kan dulu pernah per temuan di kantornya dengan pihak BSD, intinya pihak BSD kan menulis surat ke kita langkah-langkah apa yang akan diambil pihak BSD. Nah sampai sekarang kita belum terima surat itu,” terang Kepala Seksi Kualitas Pemantauan Lingkungan DLH Tangsel, Tedi Krisna, Sabtu (29/8/2020).
Berdasarkan pengecekan di sungai Jaletreng beberapa waktu lalu, jelas Tedi, sumber limbah memang berasal dari aliran gorong-gorong di dekat pergudangan Tekno. Namun begitu, pihaknya belum bisa memastikan kandungan zat dalam limbah tersebut.
“Kita sebelumnya pernah cek, tapi kalau untuk kandungannya kan nanti menunggu pihak ketiga. Jadi kita pakai pihak ketiga, sementara ini memang jadwalnya sedang padat jadi kita menunggu jadwal dari mereka untuk menguji kandungan limbah itu,” imbuhnya.
Menurut Tedi, pencemaran limbah kimia harusnya bisa dicegah jika pengelola pergudangan Tekno memaksimalkan fungsi dari Instalasi Pengolahan Air Limbah (IPAL). Sayangnya, IPAL di sana tidak difungsikan dengan baik. Belum diketahui apa alasan IPAL tersebut tak digunakan.
“Sebenarnya kalau dari masterplane ada, ada IPAL komunal disitu. Cuman nggak dimaksimalkan. Ada mah ada, yang paling ujung, tapi nggak dimaksimalkan, nggak dipakai,” ucapnya.
Dilanjutkan Tedi, sebenarnya DLH rutin memeriksa kandungan sungai Jaletreng. Terakhir pengecekan dilakukan tahun lalu dengan hasil kandungan Escherichia Coli (E-coli) tinggi. Namun kata dia, E-coli bisa saja berasal dari kotoran tinja masyarakat sekitar sungai Jaletreng.
“Kita kan sering ngecek nih, untuk output taman tekno kan hasil sebelumnya bagus, sekarang kita lihat lagi. Kalau E-coli kan dari limbah tinja, MCK, bisa jadi dari limbah sekitar. E-coli bukan dari besi atau kimia,” tuturnya.
Pergudangan Tekno sendiri memiliki sekira 1.000 perusahaan di dalamnya. Dari jumlah itu, sebanyak 20 persen merupakan perusahaan produksi. Diyakini, dari sanalah limbah-limbah kimia mengalir dan mencemari sungai Jaletreng.(bli)