Monitor, Tangsel- Sugeng Santoso seorang pelukis berkarakter yang terinspirasi dengan pelukis Maestro Afandi dengan karya lukisannya yang sudah banyak diminati oleh kalangan para kolektor seni hingga ke Mancanegara, sudah diakui di setiap goresan tangannya di atas kanvas memberikan banyak makna kepada setiap orang yang melihat karya lukisnya.
Kini, Sugeng Santoso juga hadir di tengah-tengah kesibukan orang yang lupa akan perlunya suatu kepedulian terhadap lingkungan hidup, dimana bumi yang dipijak langit yang dijunjung udara yang dihirup setiap hari sudah tercemar polusi, dampak negatifnya terhadap manusia.
Sugeng Santoso kelahiran Batang, 20 Mei 1972 Jawa Tengah ini, menggambarkan suatu kehidupan manusia yang dahulunya sangat bersahaja lingkungan yang sehat, asri, pepohonan yang hijau sejauh mata memandang.
“Dengan berputarnya roda zaman, timbul sekarang ini gedung-gedung yang menjulang menggantikan pohon-pohon yang menghijau, hal-hal itulah yang membuat orang lupa akan pentingnya sebuah lingkungan yang sangat asri,” kata Sugeng, digerai seni miliknya dikawasan Kota Tangerang Selatan, Kamis (6/2/2020).
Dengan mengimplementasikan melaui sebuah karya lukisan ekspresionis tube diatas kanvas, Sugeng berusaha menceritakan banyak makna dalam kehidupan manusia yang harus peduli terhadap lingkungan.
“Ketika kita melihat sebuah lukisan bukan hanya melihat gambar, tetapi lihatlah makna yang tersirat disetiap goresannya dan pelajarilah pesan-pesan makna yang tertuang dalam gambar itu dan menjadi alat komunikasi antara seniman dengan sang apresiator,” ujarnya.
Menurutnya, expressional seorang pelukis akan menjadi daya tarik ketika dilihat oleh banyak orang dan mengandung makna sehingga dapat mengedukasi bagi kehidupan manusia.
“Contoh singkat dalam karya lukisan yang berjudul DEWI SRI, sekilas adalah gambar panen raya yang dilakukan oleh penduduk dan semua berkesinambungan saling bahu-membahu panen raya rakyat terselesaikan dengan kebersamaan. Lukisan itu menggambarkan bahwa perlu adanya suatu tindakan yang dilakukan untuk perubahan sirkus penataan di alam semesta, maka saya membuat karya melalui lukisan edukasi penyeimbang akal dan pikiran manusia untuk masyarakat luas supaya terbangun kesadaran untuk melindungi lingkungannya,” ungkap Sugeng.
Menurutnya, sudah karya yang terselesaikan penuh cerita untuk membangun dan melestarikan lingkungan, yang merindukan adanya perubahan terhadap iklim yang sedang terjadi.
“Segala rasa perpaduan bentuk pemikiran yang bersih, akan menghasilkan buah karya berlian yang tiada ternilai harganya,” pungkasnya.
Sugeng Santoso yang merupakan ayah dari tiga anak ini, belajar melukis dari orang tuanya yaitu, S.Ton yang juga seorang pelukis karakter.
Suami dari Sunidah ini, juga mencari guru lukis untuk mencari karakter dari hasil karya dengan dorongan support oleh guru yang berpengalaman bersama Rahmansyah dan Maria Tjui.
Setelah mendapatkan suatu penjiwaan dengan sentuhan tube, yang dikagumi sarat polesan langsung dari tangan sendiri dan akan tetap menekuni membudayakan, melestarikan karya ekspresionism tube ini. Secara otodidak Ia terus mengembangkan dawai tinta diatas kanvas.
Jenis karya-karya dengan sentuhan tangan tube yang akan ditampilkan Sugeng Santoso di tahun ini, adalah ekspresinism kolase, yang mengkolaborasi dengan realis naturalis inpresionis kubisme dan aftrak.
Berikut beberapa pameran lukisan yang pernah diikuti oleh Sugeng Santoso; 1. Pameran di Bank Niaga Bintaro pada Tahun 1995
2. Pameran di WTC Sudirman pada Tahun 1995. 3. Pameran di Hotel Patra Jasa pada Tahun 1996
4. Pameran di Gallery Kembang Patmamati pada Tahun 1997
5. Pameran di Musium Gajah pada Tahun 1997 kelompok dua warna. (srm)