Monitor, Ciptim- Lurah Pisangan, Ciputat Timur, Tangerang Selatan, Idrus Arsenih Kurniain tak bisa lupa dengan kejadian kecelakaan bus yang menimpa warganya di tanjakan Emen, Subang, Jawa Barat pada Sabtu (10/2/2018) lalu.
Ketika diwawancarai pada Senin (12) pagi, Idrus menceritakan pada hari itu ia menjadi ketua rombongan dari 150 orang terbagi dalam 3 bus yang hendak rapat dan berwisata ke daerah Lembang dan Ciater, Jawa Barat.
Rombongan itu bermaksud melakukan Rapat Anggota Tahunan (RAT) Koprasi Permata. Setelah selesai agenda rapat, rombongan bergegas melanjutkan perjalanan menuju tempat wisata di Ciater, kemudian terjadilah tragedi itu.
“Setelah rapat kami mau berangkat ke Ciater untuk berlibur, saya ada di bus nomor tiga dan posisi bus yang saya tumpangi ada diurutan ke dua dan yang kecelakaan itu bus nomor satu yang jalan duluan, bus itu berjalan duluan sebelum rombongan di dua bus lain belum jalan, mereka 10 menit lebih duluan dari dua bus lain,” tuturnya.
Dari jarak sekitar 500 meter, lanjut Idrus, terlihat ada bus terguling, namun dirinya mengaku saat itu tidak tahu bahwa itu adalah rombongannya. Idrus juga menjelaskan setelah mengetahui bahwa itu rombongannya, suasana dalam bus yang Ia tumpangi langsung seperti kiamat.
“Dan setelah semakin dekat sampai melewati bus yang terguling itu kami sadar itu rombongan kami, sontak teriak dari bus yang saya tumpangi menggelegar, suasananya seperti kiamat, beberapa bahkan tak sadarkan diri,” ucapnya.
Setelah mengetahui bahwa itu rombongannya, Idrus mengaku langsung memerintahkan untuk menepi dan kemudian turun menyelamatkan para korban yang masih selamat. Dijelaskan Idrus, upaya evakuasi yang akan dilakukan oleh pihak kepolisian setempat sempat terhambat lantaran kemacetan yang terjadi dikarenakan pengguna jalan yang melambatkan kendaraannya untuk melihat kejadian.
“Kami turun setelah bus menepi beberapa meter dari TKP, setelah turun kami juga harus mengurus rombongan yang shock tak sadarkan diri melihat kejadian itu, setelah itu kami mencari korban yang masih bergerak untuk di prioritaskan penyelamatannya, adapun petugas kepolisian datang sekira 5 sampai 10 menit setelah kejadian, mereka terhambat oleh kemacetan yang terjadi lantaran mobil-mobil jalan perlahan melewati TKP,” paparnya.
Setelah petugas Kepolisian mengurai kemacetan, masih kata Idrus, barulah unit-unit ambulan datang ke lokasi untuk mengevakuasi ke klinik-klinik, puskesmas dan Rumah Sakit terdekat.
“Sedari kejadian itu Saya mondar-mandir ke klinik, puskesmas dan Rumah Sakit untuk melihat rombongan Saya,” kata Idrus.
Dalam kesempatan itu, Idrus pun masih merasa trauma atas kejadian tersebut. Ketika ditanyai tentang adakah pihak yang datang untuk melakukan “Trauma Healing” untuk warganya, Idrus mengaku sampai saat ini belum ada.
“Saya berserah saja sama sama Allah semoga mereka yang wafat bisa khusnul khotimah dan keluarga yang ditinggal bisa tabah,” ujarnya.(Ikbal)