Monitor, Tangsel- Sejumlah kandidat telah menyatakan maju sebagai Bakal Calon Wali Kota Tangerang Selatan (Tangsel). Mereka mendaftar melalui penjaringan yang diadakan DPC PDI Perjuangan sejak tanggal 9 September 2019.
Salah satu bakal calon yang ikut mengambil formulir penjaringan adalah Ade Irawan. Salah satu pentolan Indonesia Corruption Wach (ICW) itu, mendatangi kantor DPC PDI Perjuangan di Jalan Raya Boulevard Ruko Venice Arcade Blok lD Nomor 09, Graha Raya Bintaro, Serpong Utara, Minggu 15 September 2019.
Selain panggilan moral, Ade Irawan mengaku berniat maju dalam Pemilihan Kepala Daerah (Pilkada) karena didorong oleh sesama rekan aktivis guna memerangi praktik korupsi di Tangsel. Disebutkan, korupsi yang terjadi di Indonesia itu sebagian besar ada di daerah.
Menurut dia, Kota Tangsel memiliki banyak potensi yang bisa mensejahterakan masyarakatnya, seperti Sumber Daya Manusia (SDM), letak wilayah sebagai penyangga Ibu Kota Jakarta, berdiri banyak kampus, dan juga pesatnya investasi para pengembang besar.
“Kami ingin mendorong kesejahteraan di Kota Tangsel. Tujuan kami melawan korupsi kan tujuannya juga sama, mewujudkan kesejahteraan,” kata Ade, Senin (16/9/2019).
“Kalau lihat Tangsel, punya banyak potensi cukup besar, baik itu SDM, dan segala hal ada di Tangsel. Ini bisa menjadi modal penting untuk mewujudkan kesejahteraan, dengan banyak SDM, banyak kampus, banyak aktivis-aktivis yang bagus. Saya kira kalau mereka didorong berjamaah mewujudkan kesejahteraan, saya kira akan jauh lebih mudah,” imbuhnya.
Dilanjutkan Ade, niatnya mengikuti penjaringan melalui partai politik adalah sebagai upaya administratif mengacu pada ketentuan pencalonan yang ada. Dia meyakini, pengalamannya berkecimpung dalam pegiat anti korupsi menjadi modal besar memberantas korupsi dari dalam sistem.
“Dengan syarat minimal 10 kursi (legislatif), maka saya kira butuh lebih dari satu partai, dan komunikasi dengan semua partai tetap dibangun dengan cara seperti ini. Bagi saya dengan pengalaman puluhan tahun melawan korupsi di ICW itu tidak cukup, jadi sekarang tantangannya bagaimana melawan korupsi dengan masuk ke dalam sistem,” jelasnya.
Dia meyakini betul, bahwa antara korupsi dan kesejahteraan saling berhubungan erat. Sehingga omong kosong jika ada kepemimpinan yang menggaung-gaungkan kesejahteraan masyarakat namun pada praktiknya membiarkan korupsi terjadi.
“Omong kosonglah kalau kita bicara kesejahteraan kalau kita tidak mau melawan korupsi. Sebanyak apapun uang, sebagus apapun SDM, kalau tidak digunakan dengan benar maka tidak akan bisa mencapai tujuan,” tukasnya.(bli)