Monitor, Tangsel- Perayaan maulid nabi Muhammad Sallallahu ‘alaihi Wassallam (SAW) digelar di Masjid Jabal Nur, Cluster Harmonia Vila Pamulang, Tangerang Selatan (Tangsel), Sabtu (8/12/2018).
Di dalam masjid, lantunan sholawat serta pujian kepada nabi Muhammad SAW dipanjatkan beriringan dengan tabuhan rebana oleh kelompok ibu-ibu pengajian.
Perayaan maulid itu, dihadiri pula oleh Lurah Pondok Benda, Camat Pamulang, dan tamu undangan lain. Sebelumnya, Wakil Wali Kota Tangsel Benyamin Davnie direncanakan datang, namun karena ada urusan mendesak akhirnya batal dan diwakilkan kepada stafnya.
Ketua DKM Masjid Jabal Nur, H. Ali Akbar mengatakan, perayaan maulid merupakan bagian dari kegiatan hari besar islam yang rutin dilakukan di Masjid Jabal Nur. Dengan itu diharapkan, warga sekitar dapat mengambil hikmah atas peristiwa besar tersebut.
“Ini kegiatan rutin yang dilakukan, tahun ini tema maulidnya mengikuti suri tauladan nabi Muhammad SAW,” kata Ali Akbar.
Dijelaskan dia, suri tauladan yang diikuti dari Rosulullah SAW tak hanya saat beribadah kepada Allah SWT saja, tapi juga ketika Rosul membangun adab kesantunan dalam bersilaturahmi kepada semua golongan.
“Suri tauladan itu bukan hanya saat beribadah langsung kepada Allah SWT saja, tapi juga dengan membina hubungan yang baik kepada manusia,” jelasnya.
Sementara, penceramah yang mengisi acara adalah Ustad Aan Maharani. Dalam ceramahnya, dia menyampaikan pesan kepada para jamaah yang hadir bahwa menggelar maulid adalah bukti kecintaan yang ditunjukkan ummat kepada junjungan pemimpinnya, yaitu baginda Rosul.
“Rosul dilahirkan hari Senin, itulah mengapa beliau rutin berpuasa Senin dan Kamis. Saat sahabat bertanya mengapa engkau selalu berpuasa pada Senin dan Kamis ya Rosul? Rosul menjawab, karena hari Senin adalah kelahiranku, maka aku merayakannya dengan berpuasa,”
Menurut Ustad Aan, ada 3 hal yang dapat dipetik dari menggelar perayaan maulid Nabi Muhammad SAW. Pertama, meningkatkan Mahabbah kecintaan kepada Rosul, kedua menambah amal ibadah, dan ketiga makin menguatkan aqidah ke islaman.
“Tiga hal itu yang bisa kita rasakan dengan menggelar maulid ini. Jadi jangan dikatakan sesat, jangan dikatakan bid’ah, karena ini nilainya kebaikan, menambah kecintaan kita kepada rosul sebagai utusan Allah SWT,” tandasnya.(bli)