Monitor, Tangsel – Fauzan Akmal Maulana (15), penderita Dystrophy Muscular Progressive (DMP) tengah menjalani perawatan di Intensive Care Unit (ICU) Rumah Sakit Premier Bintaro, Jalan MH Thamrin, Pondok Jaya, Pondok Aren, Tangerang Selatan (Tangsel).
Fauzan disebutkan dalam kondisi kritis pada Jumat (29/3/2019) pagi. Meskipun sebelumnya, bocah kelas 3 SMP Terbuka Mandiri itu memang sedang menjalani perawatan umum di rumah sakit tersebut sejak Selasa 26 Maret 2018 lalu.
“Terakhir sudah susah bernafas, jadi dibantu banyak alat sama tim dokter. Kondisinya drop banget sejak pagi tadi, kritis, makanya langsung dibawa ke ruang ICU,” terang Winih Utami Pristiwati (49), ibu Fauzan saat ditemui di RS Premier Bintaro.
Sambil berlinang air mata, Winih bercerita kondisi terakhir kali dia menemui Fauzan di ruang ICU. Dikatakan dia, putranya itu hanya bisa berkomunikasi dengan bahasa isyarat, yakni dengan mengedipkan kedua matanya.
“Dia cuma bisa kedip-kedipin mata, saya paham maksudnya dia haus mau minta minum, tapi kan memang nggak boleh dikasih minum. Saya nggak tega lihat kondisinya,” tutur Winih.
Dijelaskan Winih, dia sempat mondar-mandir ke berbagai rumah sakit di Kota Tangsel guna mencari kamar perawatan bagi Fauzan. Hal itu ditempuh, menyusul fasilitas BPJS yang baru diaktfikannya tak bisa digunakan di RS Premier Bintaro, lantaran sebelumnya telah mendaftar sebagai pasien umum.
“Jadi kemarin daftarnya umum, karena biayanya tinggi. Akhinya saya urus lagi BPJS yang sudah nggak aktif, dan alhamdulillah bisa langsung aktif. Tapi, BPJS itu nggak bisa digunakan disini, karena Fauzan sudah daftar umum, jadi harus pulang dulu, atau mau nggak mau dipindah ke rumah sakit lain,” jelasnya.
Winih pun harus kecewa, karena berbagai rumah sakit baik swasta hingga RSU menyatakan bahwa seluruh ruang perawatan ICU telah penuh. Akhirnya dengan konsekuensi beban biaya perawatan yang terus membengkak, dia rela pasang badan dan meminta Fauzan tetap dirawat di Premier Bintaro.
“Saya sudah keliling rumah sakit, sampai tengah malam. Tapi penuh semua, RS Sari Asih, Hermina, sampai RS Fatmawati saya datangi penuh juga. Yasudah saya balik lagi, saya siap tanggung resiko apapun, yang penting anak saya tetap dirawat dulu di sini,” ucapnya lagi.
Terakhir, tagihan yang dikeluarkan pihak RS Premier Bintaro atas perawatan Fauzan mencapai angka sekira Rp12 juta. Jumlah itu harus ditanggung Winih, yang memang kini menjadi orang tua tunggal sepeninggal suaminya yang wafat pada awal tahun 2019 kemarin.
“Insyaallah akan ada pertolongan, yang saya pikirkan saat ini semoga dia sehat dna normal lagi, mohon doanya buat Fauzan,” tutupnya.(bli)