Monitor, Bogor- Membangun sinergi untuk kemajuan Pendidikan, Love School yang berada dibawah naungan Yayasan Aviasi Berkat Transformasi Indonesia beralamat di Komplek Perumahan Forest Hill Jalan Raya Dago, Kebasiran Kecamatan Parung Panjang menggelar agenda Coffee Morning bersama sejumlah walimurid TK/SD, Sabtu(9/4/2022).
Selain memaparkan program-program yang ada di Love School, dalam diskusi yang berlangsung santai tersebut, pihak sekolah juga banyak mendapatkan masukan-masukan positif dari wali murid terkait cara membangun pendidikan karakter anak di tengah perkembangan teknologi saat ini.
Salah satu masukan yang dilontarkan orang tua murid yakni, sekolah harus memberikan ruang yang cukup untuk anak melakukan diskusi sehingga mereka bisa memiliki penalaran mencari problem solving dari setiap persoalan yang dihadapi diusianya.
Menjelaskan terkait keberadaan Love School, selaku Principal, Martinus Ronald Ch kepada monitortangerang.com mengungkapkan bahwa, Love School sebelumnya berada di sebuah ruko dan baru beroperasi empat tahun. Adapun keunggulan yang dimiliki sekolah adalah penerapan kurikulum pendidikan berbasis karakter.
“Keunggulan kami adalah kurikulum karakter maka sekolah ini diharapkan bisa mencetak anak yang berkarakter dan berintegritas. Jadi tidak hanya sekedar tahu melainkan bisa mengaplikasikan dengan attitude yang jelas agar pengetahuan mereka tidak dibuat untuk kegiatan yang negative tetapi lebih kepada hal-hal positif,” ujarnya usai kegiatan coffee morning.
Demi menghasilkan pendidikan yang berkualitas di Love School , Martinus menambahkan, pihak yayasan terus melakukan pengembangan dengan membangun gedung sekolah sendiri yakni bangunan mandiri dan fasilitas pendukungnya diatas lahan lebih kurang 1 hektar.
“Ditempat ini, tidak hanya sekolah saja, melainkan akan menjadi education center yang nantinya juga dilengkapi dengan medical center,” terangnya.
Jangka pendeknya, sambung Martinus, Love School harus mempunyai ijin secara khusus. Sementara program jangka panjang rencananya akan dibangun PAUD, SD, SMP,SMA hingga Sekolah Tinggi serta klinik dengan kelengkapan sarana pendukung lainnya.
“Kami menghindari sekolah ini menjadi eksklusif apalagi sekolah komunitas,” tambahnya.
Sementara itu, ditanyakan terkait alasan menitipkan anaknya ke Love School, Putri Sebayang(38) kepada monitortangerang.com mengutarakan bahwa, baginya Love School seperti memiliki paket komplit, ketika ia mendengar sekolah mengadakan program bilingual, selanjutnya pendidikan berbasis karakter serta program ekstra kulikuler (Ekskul) bahasa mandarin dan pianica.
“Dalam hal karakter, Saya melihat banyak perubahan yang signifikan dalam hal penerapannya. Ketika anak di rumah sepulang dari sekolah, sedikit demi sedikit membawa karakter yang diterapkan disekolah,” paparnya.
Semakin meneguhkan hati Putri menyekolahkan anaknya ketika melihat anak tetatangganya yang begitu hyperaktif dan cenderung tidak teratur kini menjadi lebih disiplin dan lebih tenang setelah disekolahkan di Love School.
“Love School bagi saya menjadi sekolah yang menjanjikan. Sekolah ini juga terbuka untuk umum tidak hanya Kristiani,” kata orang tua dari Zaden Tobing(9) yang tinggal di Perumahan Griya Parung Panjang itu.
Walimurid lainnya, Monica yang juga menyekolahkan anaknya di Love School berawal pencarian dirinya ke beberapa sekolah kristiani. Diantara ketiga sekolah kristiani yang dia ketahui, pilihannya pun jatuh ke Love School, alasan utamanya yakni penerapan pendidikan karakter yang begitu kuat. Disamping itu, adanya kesiapan fasilitas sarana prasarana pendukung, terlebih taman bermain.
“Anak saya kan masih TK. Sekolah itukan butuh taman bermain. Kebetulan anak saya kinestatic banget, jadi senang bermain. Dari pertimbangan basic kristiani dan saya liat gedungnya, walaupun ketika saya datang belum ada play groundnya, belum ada area bermain, tapi paling tidak Love School sudah punya modal lapangan untuk anak-anak bermain,” kata Monica.
Monica berharap, dengan bersekolah di Love School, anaknya yang baru mau duduk dibangku TK itu semakin memiliki karakter dasar yang kuat.
“Saya ingin anak saya bisa mengerti cara mengungkapkan kata maaf, tolong dan terima kasih. Dia mengerti cara bermain dan berbagi itu apa. Selanjutnya dia bisa mengeksplor dirinya, sebab kalau dirumah kan banyak keterbatasan,” pungkasnya. (mt01)