Monitor, Tangsel – Pandemi Covid-19 beberapa bulan belakangan, berimbas pada defisit neraca perdagangan dalam dan luar negeri. Namun kenyataan berbeda diperoleh dari beberapa komoditas non-migas yang justru mengalami surplus nilai ekspor.
Data Kementerian Perdagangan (Kemendag) RI menyebut, jika neraca perdagangan pada kuartal pertama sejak bulan Januari hingga April 2020 mencatatkan nilai surplus USD 2,25 miliar.
Sedangkan untuk ekspor secara keseluruhan, totalnya mencapai USD 53,95 miliar atau meningkat tipis 0,44 persen dibandingkan periode yang sama tahun 2019 lalu. Ekspor non-migas sendiri pada kuartal pertama Januari hingga April 2020, mencatatkan surplus 3,19 persen.
“Kalau kita lihat, komoditas apa sih yang menyumbang? kok kita masih mencatatkan kinerja yang lumayan bagus ekspor non migas di pandemi ini, 4 bulan terakhir ini. Kita melihat bahwa memang, kita masih bertumpu kepada komoditas primer, batu bara, CPO dan turunannya, perhiasan, besi baja, dan mesin-mesin elektronik,” terang Sri Agustina, di Balai kota Tangsel, Selasa (9/6/2020).
Lalu dijelaskannya, ada hal menarik melihat tren nilai ekspor non migas yang ada, seperti ekspor perhiasan meningkat 62,13 persen, lalu ekspor besi baja meningkat 36 persen, mesin elektronik meningkat 14,18 persen, dan CPO serta turunannya naik 13, 43 persen.
“Kuartal pertama meningkat dibandingkan periode yang sama pada tahun lalu,” jelasnya.
Meski ekspor mengalami surplus, tapi kegiatan impor sendiri dikatakan menurun sebesar 18,6 persen secara tahunan. Impor non-migas tercatat turun sebesar 0,53 persen periode bulan Januari hingga April 2020 ini.