Monitor, Tangsel – Pembangunan berbagai proyek infrastruktur di berbagai daerah memiliki dampak pada peningkatan pertumbuhan ekonomi nasional. Selain mengatasi ketimpangan antara pusat dan daerah, pengerjaannya dapat pula meringankan biaya produksi menjadi lebih murah.
Meski begitu masif dilakukan, pembangunan infrastruktur tentu tidak bisa dirasakan dalam waktu singkat, melainkan butuh sekira 4 hingga 5 tahun ke depan. Dengan periode itu, efisiensi biaya produksi akan lebih rendah dikeluarkan.
Sebagai gambaran, untuk Provinsi Banten saja setidaknya ada beberapa proyek nasional yang tengah digarap. Diantaranya, 5 pembangunan tol yang masuk dalam Proyek Strategis Nasional (PSN).
Proyek itu terdiri atas pembangunan tol Cinere-Serpong sepanjang sekira 10,14 kilometer, lalu tol Kunciran-Serpong dengan panjang 11,14 kilometer. Berikutnya tol Cengkareng-Batu Ceper-Kunciran sejauh 15, 2 kilometer. Kemudian tol Serpong-Balaraja sejauh 30 kilometer. Terakhir adalah pembangunan tol Serang-Panimbang sepanjang 83,6 kilometer.
“Infrastruktur yang sudah dibangun Presiden Jokowi cukup drastis, dampaknya pada perekonomian cukup besar. Secara makro faktual, kalau presiden tidak menyediakan Rp300 triliun sampai Rp400 triliun untuk infrastruktur dan lainnya, pertumbuhan ekonomi kita pasti akan lebih rendah dari sekarang,” terang Febrio N. Kacaribu, Kepala Kajian Makroekonomi Lembaga Penyelidikan Ekonomi dan Masyarakat (LPEM) Universitas Indonesia dikonfirmasi soal pesatnya pembangunan infrastruktur nasional, Selasa (13/11/2018).
Selain proyek tol di Banten, saat ini pemerintah pusat juga tengah menyelesaikan 2 proyek nasional lainnya, yaitu waduk Sindangheula dan Karian. Bendungan Sindang Heula berlokasi di Pabuaran, Serang. Bendungan ini mempunyai manfaat untuk penyediaan air bagi Kabupaten-Kota Serang, dan Kota Cilegon.
Bendungan itu dapat pula menyediakan kebutuhan suplesi ke daerah Irigasi Cibanten dengan luas 1000 hektare, pengendalian banjir 1,5 juta meter kubik, penampungan air sebanyak 9,26 juta meterkubik, dengan luas genangan 129,50 hektare. Bahkan sebagai sarana rekreasi dan tujuan wisata air, dan dapat berpotensi pula sebagai pembangkit energi listrik dengan daya 0,40 megawatt.
Sedangkan untuk bendungan Karian, manfaatnya bisa digunakan sebagai penyediaan air baku bagi Kabupaten Lebak, Kabupaten Tangerang, Kota Tangerang Selatan, hingga wilayah DKI Jakarta sebesar 9,1 meterkubik perdetik, pengendalian banjir daerah hilir dengan daya tampung 60,8 juta meterkubik, pembangkit listrik tenaga mikrohidro sebesar 1,8 megawatt, dan pengembangan wisata lainnya.
“Khususnya untuk masyarakat yang tinggal di kota besar, masalah yang sering dihadapi itu kemacetan dan biaya ekonomi yang tinggi karena harus mengantar barang dengan harga mahal. Selebihnya, manfaat infrastruktur tentu akan dirasakan sektor industri, memang nyata adanya,” sambung Febrio.
Sebelumnya pemerintah mengaku optimistis pertumbuhan ekonomi mampu mencapai 5,2 persen sampai dengan akhir tahun. Meskipun pada kuartal III-2018, perekonomian hanya tumbuh 5,17 persen secara year on year (yoy).
Dengan angka pertumbuhan mencapai 5,17 persen di kuartal III, ekonomi Indonesia dinilai mampu bertahan di tengah gejolak global yang diwarnai perang dagang, normalisasi kebijakan AS, minyak mentah yang harganya naik. Berbagai indikator itu, menunjukkan perekonomian berjalan dalam kondisi baik, ekonomi tetap tumbuh, serta inflasi yang terjaga.(bli)