Monitor, Kab. Tangerang, – Pengamat Politik sekaligus Direktur Visi Nusantara, Subandi Musbah menyoroti poling yang kerap beredar jelang hajat politik lima tahunan dan bertebaran di grup WhatsApp soal jejak pendapat kandidat yang layak maju sebagai calon Kepala Daerah.
Belum lama ini, kata Subandi, ada poling figur yang dinggaap layak menjadi pemimpin Tangerang, dan beberapa nama politis masuk dalam jejak pendapat tersebut.
“Sepertinya poling dibuat oleh kader partai politik. Atau mereka yang dekat dengan salah satu nominator yang tertera dalam poling. Metodenya menggunakan google form. Situs web yang disiapkan oleh google untuk maksud jejak pendapat. Fasilitas tersebut dimanfaatkan oleh beberapa politis, kader, atau pemain lima tahunan dalam mengkampanyekan figur bosnya,” kata Subandi kepada monitortangerang.com, Sabtu (26/2/22).
Apakah poling itu ilmiah atau tidak, jelas Subandi, itu nampaknya bukan soal. Terpenting bisa membuat sang atasan senang.
“Ini contoh kurang baik, melempar tokoh ke publik hanya mengandalkan google form. Selain tidak bisa dipertanggungjawabkan hasilnya. Juga keliru dalam metodelogi, karena kesimpulannya tidak akan akurat,” paparnya.
Menurut Subandi, sebaiknya setiap politisi punya gagasan menarik dan biarkan publik yang menilai. Adapun soal survei, itu ada methode khusus yang dilakukan oleh ahli dan tentu ada costnya.
“Poling yang beredar saat ini sesunggunya tidak ada pengaruh apa-apa. Hanya saling menyenangkan. Timses menyenangkan jagoannya, sementara politisi senang lantaran seolah-olah namanya masuk poling dan berharap semacam keberkahan, dijadikan wakil misalnya,” ucapnya.
Kata Subandi, mereka yang kerjanya main poling sesungguhnya sedang menjual diri dengan harga yang sangat murah dan berharap digaet pemilik uang.
“Poling nampaknya saat ini dijadikan cara untuk memancing pemilik kuasa dan uang. Tentu agar meliriknya. Sebaiknga gaya-gaya seperti itu tidak dilakukan lagi,” pungkasnya. (mt02)