Monitor, Tangsel- Tiga kubu yang akan berkompetisi di Pilkada Tangerang Selatan (Tangsel) 2020 dinilai bermuatan dinasti. Benyamin-Pilar sebagai representasi dari keluarga Airin. Pilar merupakan keponakannya dan diusung Partai Golkar yang dipimpinnya.
Sementara itu, Siti Nur Azizah Ma’ruf-Ruhamaben representasi keluarga Wapres Ma”ruf Amin. Siti Nur Azizah merupakan anak kandungnya yang didukung Partai Demokrat dan PKS. Berikutnya Muhamad-Rahayu Saraswati dari keluarga Prabowo Rahayu merupakan keponakannya yang diusung Partai Gerindra dan PDI Perjuangan (PDIP).
Mengingat posisi ayahnya sebagai wakil presiden, banyak pihak menduga Nur Azizah akan dibantu Jokowi dalam pemenangannya. Hal itu dibantah peneliti pilkada Sapraji. Menurut direktur riset Lembaga Survei Konsep Indonesia ini, dukungan Jokowi pada Nur Azizah kemungkinannya tipis. Apalagi disaat yang sama juga keponakan Menhan Prabowo jadi peserta pilkada.
“Nggaklah, Pak Presiden gak akan sampai turun tangan ke Tangsel untuk cawi-cawi pilkada. Mendukung anaknya wapres gak akan enaklah sama Pak Menhan, saat yang sama juga keponakan Bu Airin nyalon jadi gak akan enak hati juga sama Bu Airin. Pak Jokowi sama Bu Airin itu juga bersahabat. Jadi saya kira pertarungan akan berlangsung bebas, siapa dapat simpati pemilih, dia akan menang,” ujarnya saat dihubungi media ini, Senin (27/7/2020).
Sapraji menjelaskan, kemenangan di pilkada itu utamanya didapat dari kampanye panjang, dari kerja taktis berdasar strategi yang jitu. Tidak bisa ada orang datang ke satu daerah lalu berkampanye sebentar dan menang. Akan butuh proses panjang sejak pengenalan, peningkatan popularitas, menguji akseptabilitas dan tentu meraih elektabilitas.
“Pilkada itu tidak sederhana. Bukan datang terus pasang-pasang spanduk dan buat iklan di sosial media lalu yakin menang. Sudah banyak korban pilkada itu, kan lebih banyak yang kalah daripada yang menang. Apalagi ini di Tangsel, medan yang komplit. Pemilih emosionalnya banyak, pemilih rasionalnya juga berisik,” katanya.
Sapraji menilai, sisa waktu lima bulan ke pencoblosan harus dimanfaatkan kontestan untuk turun menyapa warga. Hanya kondisi pandemik corona memang harus membuat tim pemenangan bekerja ekstra, harus kreatif dan inovatif. Masih memakai cara lama di era adaptasi kebiasaan baru akan membuat kontestan tersungkur dan jadi pengalaman kalah.
“Kontestan harus bekerja di atas dan di bawah. Pertama dan utama harus dikenal dan disukai lalu diterima dengan tangan terbuka sehingga bisa dipilih. Kondisi sekarang ini saya kira petahana diuntungkan, kalau bisa memanfaatkan momentum dengan baik, saya rasa Benyamin Davnie akan menang,” pungkasnya.(mt01)