Petani Anggrek Didorong Jualan Lewat Online

oleh -
Petani Anggrek Kota Tangerang Selatan

Monitor, Tangsel – Walikota Tangerang Selatan (Tangsel) Airin Rachmi Diany mendorong petani anggrek di kota ini melakukan inovasi untuk meningkatkan hasil produksi. Salah satu langkah yang dilakukan yakni mendorong para petani untuk menjual hasil produksinya secara online. Hal ini dikatakan Airin saat membuka acara penyuluhan bagi petani anggrek di Balai Penyuluhan Pertanian (BPP) Jombang, Ciputat, Rabu(27/9/2017) Kegiatan ini diikuti 40 petani anggrek Tangsel.

Orang nomor satu di Tangsel ini mengatakan, anggrek adalah ikon Tangsel yang harus dipertahankan. Apalagi, selama ini para pembudidaya juga telah punya jaringan pemasaran.

“Untuk memaksimalkannya, para petani dan pembudidaya bisa menjual anggrek pasca panen melalui online,” tuturnya.

Menurutnya, ada tiga hal yang harus dilakukan petani anggrek di Tangsel untuk memaksimalkan kinerja. Pertama, petani diminta menguasai teknologi pasca panen, mampu mengolah hasil panen dan mencari strategi efektif untuk memasarkan anggrek.

“Jika ketiga langkah itu diterapkan, maka kesejahteraan petani anggrek di Tangsel akan meningkat,” ujarnya.

dengan berjualan online, ujar Airin, hal ini akan menghemat operasional. Sebab, para petani tidak perlu lagi menyewa toko atau memiliki kios untuk menjual anggreknya.

“Selain itu, mereka juga tidak perlu membayar karyawan. Yang paling penting, bagaimana bisa melakukan kemasan yang cantik, sehingga orang tertarik untuk membeli secara online,” tegasnya.

Selama, masih banyak petani yang menjual hasil produknya apa adanya. Artinya, mereka hanya menjual bunga tanpa kemasan yang menarik. Padahal, jika dikemas secara menarik, bisa meningkatkan nilai jual.

Di tempat yang sama, Kepala Dinas Ketahanan Pangan, Pertanian dan Peternakan (DKPPP) Nur Slamet mengatakan, selama ini pihaknya terus melakukan pembinaan terhadap para petani anggrek. Selain dalam pembudidayaan, pihaknya juga memberikan pembinaan dalam hal pemasaran.

“Selama ini, DKPPP memang terus melakukan pembinaan terhadap para petani anggrek. Selain bimbingan budidaya anggrek, kami juga mencarikan peluang pasar dan mengikut-sertakan mereka dalam berbagai pameran untuk mengenalkan anggrek Tangsel,” tuturnya.

Sekadar diketahui, saat ini, anggrek memang menjadi ikon Tangsel. Apalagi, di wilayah ini, sejak lama dikenal sebagai penghasil anggrek. Namun sebelumnya, menurut budayawan Tangsel Uten Sutendy, meski saat Tangsel kini sudah menjadi kota, upaya Pemkot Tangsel menjadikan anggrek sebagai identitas kota kurang maksimal.

“Padahal Ibu Walikota (Airin Rachmi Diany, red) sendiri sudah menyatakan bahwa anggrek adakan ikon Tangsel,” ujar Uten yang juga dikenal sebagai Presiden Tangsel Club ini.

Ia mencotohkan, sebagian besar fasilitas publik yang dibangun di Tangsel tidak ada satu pun yang mencirikan anggrek sebagai identitas. Yang lebih ironis lagi, jumlah petani anggrek pun kian menyusut, meski hal ini dimakluminya sebagai konsekuensi dari sebuah kota yang terus menyempit lahannya akibat pembangunan.

Untuk itu, agar Tangsel tidak kehilangan identitas, pihaknya mengusulkan agar di Tangsel dibangun Pusat Anggrek Tangsel. Apa isi di dalamnya? Tidak sekadar pembibitan anggrek, tapi di sana juga disuguhkan berbagai pengetahuan tentang anggrek, mulai dari jenisnya, cara pembibitan, penanaman hingga pemasarannya. (ptr)

 

Tinggalkan Balasan

No More Posts Available.

No more pages to load.