Monitor, Tangsel – Wilayah kota Tangerang Selatan (Tangsel) provinsi Banten disebut memiliki potensi terkena gempa bumi yang berkekuatan 8,7 Magnitudo yang berasal dari laut Selatan Jawa Barat, dan kekuatan gempa bumi hingga mencapai Tangsel tersebut diperkirakan mencapai 6 hingga 7 Magnitudo.
Hal itu disampaikan Ustaz Arif Wahyudi selaku Ketua Pembina Forum Kemanusiaan Tangerang Selatan (FKT) merujuk hasil seminar tentang Kegempaan yang diselenggarakan pada Jum’at, 26 Oktober 2018, oleh pihak Forum Kemanusiaan Tangerang Selatan (FKT) di gedung Puspemkot Tangsel.
Terkait adanya potensi gempa ini, ustaz Arif Wahyudi selaku Ketua Pembina serta didampingi oleh beberapa orang pengurus Forum Kemanusiaan Tangsel (FKT) seperti, Ustaz Tursilo Phd (pengawas) Ustaz Sartono Anwar (pelaksana), Siti Zubaedah (Bendahara) serta Rita (anggota), Selasa (06/11) siang, menggelar konferensi pers di RM. Sate Paijo, kawasan Rawa Buntu, Serpong, Tangerang Selatan.
Menurut Ustaz Arif Wahyudi, adanya potensi tersebut muncul dari hasil seminar tentang kegempaan yang menghadirkan nara sumber dari Badan Pusat Gempa Bumi dan Tsunami (BMKG) seperti, Rahmat Triyono, S.T, Dipl, Seis, M.Sc serta Dr. H.M. Anwar, Lc, MA, M.Sc, MM.
Dikatakan Ustaz Arif, bahwa berdasarkan hasil kajian ilmiah dari kedua narasumber yang sangat berkompeten dibidangnya tersebut, diperoleh informasi yang sangat valid secara keilmuan dan sangat mencengangkan bahwa, Kota Tangerang Selatan itu sangat berpotensi terkena gempa bumi yang berkekuatan 8,7 Magnitudo yang berasal dari laut Selatan Jawa Barat, dan kekuatan gempa bumi hingga mencapai Tangsel tersebut mencapai 6 hingga 7 Magnitudo.
“Untuk gedung-gedung bertingkat yang ada di Tangsel kemungkinan besar akan cukup kuat menahan gempa tersebut. Akan tetapi untuk rumah-rumah penduduk dan bangunan lainnya, kekuatan gempa sebesar itu, sudah cukup untuk meluluh lantakkan bangunan serta rumah-rumah penduduk yang ada di Tangerang Selatan. Dan satu lagi yang juga berpotensi terjadi adalah, terjadinya Likuifaksi atau beubahnya tanah keras menjadi lumpur yang dapat menenggelamkan bangunan yang ada diatasnya,” terang Arif Wahyudi.
Ia menambahkan bahwa, potensi Likuifaksi dapat terjadi di Tangerang Selatan disebabkan oleh penggunaan sumur tanah dalam yang sangat berlebihan dan tak terkendali di wilayah Tangerang Selatan. Untuk itu pihak Pemkot Tangsel dan para pengembang perumahan besar serta apartemen, diharapkan untuk dapat duduk bersama dan membicarakan hal tersebut dengan sebaik-baiknya, untuk menghindari terjadinya gangguan keseimbangan alam.
Sementara itu ditempat yang sama, Ustaz Tursilo Phd, alumnus ITB Bandung tahun 1974 tersebut, mengingatkan kepada seluruh warga masyarakat Tangsel, terlebih kepada pihak Pemerintah Kota Tangsel, agar bersungguh-sungguh dalam mengawasi segala aktifitas bisnis yang ada di Tangerang Selatan.
“Bisnis itu sangat diperlukan di Tangsel, tapi jangan sampai bisnis kemaksiatan itu merajalela di kota religius ini. Sudah banyak laporan dari warga masyarakat Tangsel kepada pihak FKT. Bahwa di Tangsel itu sangat banyak tempat-tempat berkedok SPA dan Karaoke serta Refleksi, tapi sebenarnya mereka menjalankan praktek prostitusi. Dan banyak oknum-oknum aparat penegak hukum Perda yang bermain mata dengan para pebisnis hiburan nakal tersebut,” ungkapnya.
Dikatakan, bahwa FKT Tangsel yang beranggotakan 36 ormas lintas komunitas ini, mengingatkan kepada pihak Pemkot Tangsel, khususnya kepada Walikota, Wakil Walikota serta Sekda, untuk benar-benar mengawasi kerja aparaturnya dilapangan. “Ingat, bencana gempa bumi, Tsunami serta Likuifaksi yang sangat dahsyat terjadi di Palu, dikarenakan praktek kemaksiatan dan kesyirikan yang merajalela terjadi, hingga menyebabkan Tuhan marah pada ulah manusia yang sudah diluar batas manusia beriman dan beradab,” tandas Ustaz Tursilo. (mik)