Monitor, Tangsel – Puluhan warga yang bermukim di Kampung Rawa Lele, Jombang, Ciputat, Tangerang Selatan (Tangsel), nyaris bersamaan mengidap sakit gejala nyeri radang persendian disertai demam tinggi. Beberapa di antaranya mengalami pembengkakan pada bagian sendi.
Umumnya warga yang mengalami gejala itu tinggal di lingkungan RW10. Menurut Ketua RW10, Sofyan RA, hampir sekira 70 persen dari sekira 100-an Kepala keluarga (KK) yang bermukim di RT01 mengidap sakit dengan gejala nyeri persendian sejak Januari 2020.
“Dilihat dari penyakit yang diderita oleh masyarakat ini kan sebelum-sebelumnya belum pernah terjadi. Keterangan dari warga yang berobat ke Puskesmas itu, dibilang sama petugas hanya peradangan sendi. Tapi itu hanya di sendi-sendi bagian bawah,” terang Sofyan, Minggu (9/2/2020).
“Kalau jumlahnya sangat banyak, hampir 70 persen lah dari total 100-an KK. Itu gejalanya relatif sama, radang persendian, demam, ada yang bengkak juga,” imbuhnya.
Dijelaskan Sofyan, warganya yang menderita gejala itu sendiri tidak mendapat kepastian mengenai apa sakit yang diderita. Mereka hanya diberi obat-obatan tanpa diminta pemeriksaan lanjutan. Meskipun jumlah penderita terus bertambah.
“Memang kita masyarakat biasa belum bisa menafsirkan apakah itu gejala DBD atau gejala Chikungunya. Maka nya kita minta difogging segera. Sementara ini kan tiap yang ke Puskesmas sekli, dua kali, dikasih obat, lalu disuruh pulang. Belum ada perawatan intensif, berobat lalu dikasih obat, besoknya sakit sendi lagi dan balik lagi. Jadi besoknya ya kambuh-kambuh lagi,” ucap Sofyan.
Pada beberapa lokasi di lingkungan RW 10 memang banyak didapati semak belukar, kebun-kebun liar, dan rawa. Sehingga kata dia, kondisi demikian membuat perkembangbiakan nyamuk kian produktif. Ditambah lagi, musim penghujan masih terus berlangsung
“Kalau dibandingkan dengan kelurahan lain, yang rentan dengan nyamuk itu kan RW10, Karena berkaitan dengan rawa, rawa itu kan luas, di depannya tanah-tanah Bintaro yang sudah mirip hutan, pohon bambu segala macam. Itu sarang nyamuk semua. Mohon kiranya semua instansi terkait bisa melihat dan turun meninjau ke sini,” tuturnya.
Virus Chikungunya sendiri dibawa oleh nyamuk Aedes Aegypti, atau nyamuk yang sama dengan penyebab penyakit Demam Berdarah Dengue (DBD). Virusnya dapat menyerang siapa pun, namun beresiko lebih tinggi pada bayi, lansia, dan individu dengan kondisi medis seperti hipertensi, diabetes, serta penyakit jantung.
Kebanyakan kasus pada umumnya, penderita Chikungunya mengalami gejala demam tinggi, nyeri pada otot dan sendi, pembengkakan sendi, nyeri pada tulang, sakit kepala, muncul ruam di tubuh, lemas dan juga mual. Gejala itu akan mereda dalam seminggu. Meski demikian, nyeri pada persendian dapat berlangsung hingga beberapa bulan kemudian.
Sementara itu, Kepala Puskesmas Jombang, Mulyadi, menjelaskan, apa yang diderita warga dengan gejala itu memang mirip dengan gejala Chikungunya. Dia menyarankan agar warga memerbanyak minum air putih dan mengonsumsi vitamin.
“Sepertinya mengarah Chikungunya, tapi lebih yakinnya kalau di test darah,” tuturnya saat dikonfirmasi terpisah.
Dia mengimbau, agar warga tak perlu khawatir karena penyakit Chikunga tidak berbahaya. Adapun ciri-cirinya antara lain mengalami bengkak di persendian, badan terasa nyeri-nyeri, badan lemas disebabkan gigitan nyamuk yang sama dengan nyamuk penyebab DBD, dengan masa inkubasi 3 hingga 4 hari.
“Ya dari jenis nyamuk yang sama.
Jenis virus berbeda dengan DBD,” ungkapnya.
Untuk memastikan lebih lanjut mengenai jumlah warga yang diduga terkena Chikungunya itu, Monitor kembali menghubungi salah satu petugas surveilance Puskesmas Jombang. Di sana diperoleh informasi, bahwa jumlah warga yang menderita radang persendian itu tercatat hanya belasan orang.
“Baru musim (tahun) ini saja. Kalau gejala (radang sendi) memang iya, betul. Cuma kalau dibilang sampai 70 persen itu nggak, cuma belasan orang. Semuanya rata-rata sudah pada sembuh, yang masih sakit kemarin didata ada 3 sampai 4 orang,” ucap Sigit, petigas Surveilance di Puskesmas Jombang.
Namun begitu, Sigit enggan menjelaskan lebih rinci mengenai apa gejala sakit yang diderita warga. Dia berkilah, bahwa tak ada peralatan lengkap untuk mendiagnosa gejala itu. Meskipun, hasil gigitan nyamuk menyatakan negatif DBD.
“Kalau hasil lab pemeriksaan buat DBD udah semua, tidak ada DBD, normal semua. Kalau Chikungunya kan lain lagi pemeriksaannya, nggak ada (alatnya). Iya (harus ke RSU),” pungkasnya.(bli)