Serap 1,32 Juta Tenaga Kerja Nasional, Industri Kerajinan Mulai Meramaikan Pelaku Usaha di Tangsel

oleh -

Monitor, Tangsel- Pemerintah pusat melalui Kementerian terkait terus menggenjot sektor Industri Kecil Menengah (IKM). Catatan yang ada menyebutkan, pada akhir tahun 2017 lalu saja ada sekira 1,32 juta tenaga kerja yang terserap oleh keberadaan 696 ribu usaha kerajinan tangan di berbagai wilayah Indonesia.

Rupanya hal itu mendapat perhatian serius pula dari pemerintahan daerah. Salah satunya Pemerintah Kota Tangerang Selatan (Tangsel). Kini melalui Dinas Perindustrian dan Perdagangan (Disperindag), tengah dilakukan pemberdayaan agar pelaku usaha kerajinan bisa menembus pasar global dengan produk-produk khas wilayah Tangsel.

“Kita juga menyadari bahwa kerajinan Indonesia memiliki pasar yang terus meningkat, sehingga bisa dikatakan bahwa IKM kerajinan menjadi salah satu tombak kerakyatan yang tahan terhadap krisis ekonomi global,” ucap Wali Kota Airin Rachmi Diany dalam sambutan tertulis yang dibacakan Retno Prawati, Asda 2 Bidang Ekonomi dan Pembangunan di sela-sela pelatihan IKM di Kampung Anggrek, Serpong, Kamis (15/11/2018).

Pemkot Tangsel sendiri terus mengembangja IKM kerajinan melalui berbagai program dan kegiatan, baik yang difasilitasi Disperindag, atau dinas lainnya sesuai tugas dan fungsi masing-masing. Kegiatan-kegiatan itu antara lain, peningkatan kompetensi SDM, pengembangan kualitas produk, standarisasi, fasilitas mesin dan peralatan, hingga promosi.

“Dari potensi kerajinan disini cukup bagus, sudah banyak komunitas kerajinan yang berdiri di Kota Tangsel. Sumber daya manusianya cukup tinggi, motivasinya cukup baik, ini kan menjadi potensi. Tinggal bagaimana caranya produk ini memiliki daya saing, baik nasional maupun internasional,” tutur Maya Mardiana, Kepala Disperindag Kota Tangsel, di lokasi yang sama.

Dijelaskan Maya, beberapa produk yang kini cukup menonjol bagi pelaku usaha di Tangsel adalah batik, perhiasan, tas dan produk kerajinan lainnya. Produk-produk itu selalu menghadiri sejumlah pameran bertaraf nasional dan internasional seperti Jakarta International Handicraft Trade Fair (Inacraft), KriyaNusa 2018, serta Festival Indonesia Moskow yang digelar di Hermitage Garden, Moskow, Rusia, tahun 2017 lalu.

“Mereka sudah ikut bermacam pameran nasional dan internasional,” katanya.

Meski begitu, Maya melanjutkan, banyak pelaku usaha kerajinan belum mengetahui faktor apa saja yang memengaruhi promosi produk kerajinan tersebut. Misalnya tentang kemasan yang belum didesain untuk memikat pembeli.

“Contohnya misalnya tas, produknya oke, dipakai juga bagus dan tahan lama, tapi kurang menarik dibeli orang, karena apa? karena kemasannya kurang menarik. Jadi kita juga melatih mereka bagaimana menjadikan kemasan itu menjadi daya tarik juga,” sambungnya.

Masih kata dia, pendampingan yang terus diberikan kepada pelaku IKM tak hanya di hulunya saja, melainkan juga hingga ke hilir. Dimana pada saat mengirim produk tersebut, pelaku usaha terkadang bingung memenuhi persyaratan pengiriman yang ada, baik untuk pengiriman dalam negeri maupun ekspor.

“Untuk eksport kan ada banyak persyaratan-persyaratan, jadi kita dampingi dari mulai Bea Cukainya, Shipping (pengapalan), dan lain-lain. Kemudian juga kuantitas barang, misalnya dari Buyer (pembeli) meminta kuota yang cukup banyak, kalau pengrajin baru akan bingung bagaimana cara memenuhinya, nah kita support mereka agar, bagaimana cara meningkatkan produksinya,” tandasnya.

Nilai ekspor produk kerajinan tangan Indonesia terus mengalami peningkatan, berdasarkan data Kementerian Perindustrian pada tahun 2017 nilainya mencapai 776 juta dolar US. Angka itu naik 3,8 persen dari tahun 2016 yang sebesar 747 juta dolar US. Sedangkan pada tahun ini, angka itu akan ditambah dengan menargetkan ekspor produk IKM hingga 10 persen.(bli)

Tinggalkan Balasan

No More Posts Available.

No more pages to load.