Monitor, Tangsel- Mengenal lebih dekat sosok Tb Zainal Aminin yang saat ini menjabat Asisten Deputi Kepeloporan Pemuda Deputi Pengembangan Pemuda Indonesia pada Kemenpora RI tentu tidak lepas dari historisnya menjadi bagian dari masyarakat Kabupaten Tangerang dan Banten.
Perjalanan karirnya dibirokrasi selama ini dengan sejumlah jabatan penting setingkat esellon II b di Kota Tangerang Selatan diantaranya Kepala Dinas Dukcapilsosnakertrans, Kepala Dinas Tenaga Kerja dan Transmigrasi, Kepala Dinas Pemuda dan Olahraga, Kepala Dinas Pertanian dan Ketahanan Pangan, Staf Ahli Walikota Tangsel Bidang SDM dan Kemasyarakatan.
Selanjutnya di Pusat kariernya berlanjut di esellon II a menjadi Asisten Deputi Standarisasi dan Infrastruktur Pemuda Deputi Pengembangan Pemuda Kemenpora RI, Sekretaris Deputi I Bidang Pemberdayaan Pemuda Kementrian Pemuda dan Olahraga, Asisten Deputi Pengembangan IPTEK dan IMTAQ Deputi Pemberdayaan Pemuda Kemenpora RI, Asisten Deputi Peningkatan Kapasitas Pemuda Deputi Pemberdayaan Pemuda, dan Asisten Deputi Kepeloporan Pemuda Deputi Pengembangan Pemuda Kemenpora RI.
Historisnya dengan Kabupaten Tangerang, Tb Zainal Aminin menceritakan bahwa, ia memiliki Ayah yang bernama Prof. Dr. KH. Tubagus Yunus Gozali, merupakan asli kelahiran Tangerang. Tepatnya Kampung Pajamuran, Desa Pasilian Kecamatan Kronjo, Kabupaten Tangerang. Dan menikah dengan Ibunya, Hj.Mamduchah Arifudin salah satu cucu kyai besar Syekh KH Abdul Latief dari Cibeber ,Cilegon Banten. Pendiri dari Ponpes Jaharotun Naqiyah Cilegon.
Prof. Dr. KH. Tubagus Yunus Gozali adalah salah satu Mustasyar PWNU Banten selama hidupnya dan Ketua MUI Banten sezaman dengan Ketua Umum MUI Banten Prof. KH. Wahab Afif. MA. Dan Prof. KH. Tb.M. Yunus Gozali merupakn satu satunya Prof atau Guru besar asal wilayah Utara Kabupaten Tangerang yang mengabdi sebagai Guru Besar di IAIN Sultan Maulana Hasanudin Banten.
“Ditubuh saya mengalir darah keturunan dari Tangerang. Sementara Ibu Saya dari Cilegon,” kata Zainal saat wawancara khusus dengan monitortangerang.com, Selasa(22/8/2023).
Meski pun beberapa keluarganya bersekolah di Cilegon mulai jenjang SD, SMP hingga SMA. Namun ketika libur atau pun kegiatan keluarga lebih banyak menghabiskan waktunya di Kronjo, Tangerang.
Menurut Zainal, tingkat masyarakat di Kabupaten Tangerang lebih beragam. Sebab itu, tingkat pendewasaan pun lebih cepat dewasa jika dibandingkan dengan daerah Cilegon.
“Kakek buyut saya semua dimakamkan di Tangerang. Di dekat salah satu masjid yang paling tua di wilayahnya, yang di bangun pihak keluarga. Kakek dengan Buyut komplek makamnya dibelakang masjid. Jadi saya hampir tiap minggu atau sebulan dua kali selalu bertaziyah kepada keluarga di kabupaten Tangerang. Makanya, Saya punya cita-cita kalau ingin mengabdi itu akan lebih terasa di Kabupaten Tangerang,” ujarnya.
Menjelang masa pensiunnya tiga tahun lagi. Ia pun berharap bisa mengembangkan daeah asal-usul keluarga besarnya kearah yang lebih maju lagi. Hanya saja saat ini masih terbentur dengan kapasitas sebagai pegawai pemerintah pusat.
“Secara kebetulan wilayah asal-usul orang tua saya memang masih tertinggal, jika dibandingkan dengan wilayah lainnya,” jelasnya.
Apresiasi Kinerja Bupati Zaki Membangun Tangerang Gemilang
Melihat perkembangan Kabupaten Tangerang yang begitu pesat saat ini, Tb Zainal Aminin pun memuji kepemimpinan sahabatnya, Zaki Iskandar yang selama dua periode memimpin telah berhasil mengimplementasikan gagasannya menjadikan Tangerang Gemilang.
“Zaki itu sahabat dekat saya waktu di STPDN. Dengan ide dan gagasannya selama ini, pembangunan Kabupaten Tangerang banyak mengalami perubahan. Sayang, jabatannya sudah habis. Padahal jika ada kesempatan satu tahun lagi pastinya bisa memberikan yang terbaik sesuai dengan visinya Tangerang Gemilang. Makanya, pelanjut beliau harus benar-benar memahami apa yang diinginkan bupati terdahulu. Jadi kepala daerah yang akan datang tinggal melanjutkan saja,” kata Zainal.
Pemimpin Kabupaten Tangerang pelanjut Zaki ke depan menurutnya harus mampu menjalin komunikasi dengan baik kepada pemerintah pusat dan propinsi. Karena intinya sinkronisasi, komunikasi dan harmonisasi semua program pembangunan dari pusat dan daerah harus sama.
“Banten kan dekat dengan Jakarta. Tapi saya jarang menemukan tingkat koordinasi disemua bidang antara kementrian dengan daerah. Jadi kurang optimal, sehingga banyak sekali beban pembangunan di tanggung oleh APBD. Padahal dari APBN juga banyak.
Justeru dari kementrian-kementrian itu yang banyak dapat program malah daerah-daerah di luar Banten. Mungkin karena koordinasinya bagus antara kepala daerah dengan pusat.
“Kalau koordinasi berjalan baik, banyak sekali program yang bisa di gelontorkan. Khususnya di Kabupaten Tangerang,” pungkas Zainal. (mt01)