Sukseskan Pemilu 2019, Aktivis dan Intelektual Ramai-Ramai Deklarasi Tolak Hoax dan Fitnah

oleh -

Monitor, Tangsel – Mendekati pelaksanaan Pemilu pada 17 April 2019 nanti, para aktivis dan kalangan intelektual ramai-ramai deklarasi menolak hoax dan fitnah. Upaya itu diharapkan, dapat mengedukasi masyarakat agar mewaspadai kampanye hitam yang disebarkan oleh pihak-pihak tertentu.

Hoax dan fitnah yang terjadi massif belakangan ini membuat semua kalangan resah dan prihatin. Terutama para aktivis dan intelektual, mereka menganggap bahwa kedua hal tersebut dapat memecah belah masyarakat serta mengancam kemajuan berdemokrasi.

“Untuk membendung itu semua, perlu gerakan intelektual dalam membangun kesadaran moral agar tidak memproduksi dan menebar hoaks,” terang Ridwan Darmawan, penggagas Deklarator Alumni UIN Jakarta Bersatu Menolak Hoax, di Ciputat, Tangerang Selatan, Senin (4/2/2019).

Ditambahkan Ridwan, dengan deklarasi tolak hoax itu sejumlah alumni universitas menegaskan bahwa kaum intelektual memang harus bergerak aktif dalam dunia politik. Saat ini, kata dia, kaum intelektual lebih banyak memberikan dukungan agar pasangan Jokowi-Ma’ruf Amin tetap memimpin pada periode berikutnya.

“Selama ini kinerja Jokowi dianggap baik. Karena para intelektual dan aktivis dalam menilai seseorang selalu berdasarkan dengan ukuran-ukuran yang jelas dan objektif,” sambungnya.

Dilanjutkannya, dukungan intelektual dapat menjadi basis legitimasi bagi pasangan Calon Presiden 01 agar optimis dalam membangun Indonesia lima tahun berikutnya. Serta menunjukkan pula, bahwa basis dukungan Jokowi-Ma’ruf datang pula dari kaum terpelajar yang biasa bersikap kritis dan objektif.

“Deklarasi tolak hoax dan fitnah itu sebagai bagian dukungan bagi beliau, agar masyarakat luas juga mengetahui bahwa Pak Jokowi bukan hanya dikagumi rakyat biasa, tapi juga kalangan intelektual dan aktivis,” ungkapnya.

Sebagaimana diketahui, tak hanya di Jakarta dan sekitarnya saja Jokowi mendapat dukungan alumni perguruan tinggi. di Jawa Tengah bahkan ada alumni dari 12 kampus yang bergabung dan membentuk Koalsisi Alumni Diponegoro untuk memenangkan pasangan nomor urut 01.

Koalisi Alumni Diponegoro sendiri terdiri atas alumni Undip, Unnes, UIN Walisongo, Universitas Wahid Hasyim, UKSW Salatiga, Universitas Islam Sultan Agung, Untag Semarang, Unika Sugiyopranoto, Unisbank, Universitas Dian Nuswantoro, USM, dan STIE Widya Manggala.

Menurut Ridwan, alumni perguruan tinggi memiliki intelektualitas dan kemampuan untuk menyaring hoaks. Tantangannya saat ini, kata dia, adalah menangkal kabar-kabar bohong yang seringkali mengait-ngaitkan dengan kepemimpinan Presiden Jokowi.

“Jangan sampai hoaks ini dibiarkan merajalela sampai ke pelosok-pelosok, sangat berbahaya sekali,” kata pria yang aktif dalam pergerakan mahasiswa 98 itu.

Dia memberikan contoh beberapa isu hoaks yang merajalela jelang Pilpres, mulai dari 7 kontainer berisi surat suara sudah tercoblos, hingga selang darah dipakai 40 kali di rumah sakit. Bahkan sebelumnya lebih parah lagi, sebagaimana kasus hoaks yang menjerat Ratna Sarumpaet dipolitisir sedemikian rupa.

“Makin mendekati Pilpres makin ramai diproduksi hoax. Itu enggak benar, memolitisir bahwa seolah-olah itu kriminalisasi, akhirnya kan terbongkar. Masyarakat sekarang ini kan sudah cerdas dan pintar-pintar, dipikir masyarakat masih bodoh dibohongi,” pungkasnya.(bli)

Tinggalkan Balasan

No More Posts Available.

No more pages to load.