Sulit Dapatkan Ruang ICU, Nyawa Pasien KIS di Kota Tangerang Tak Tertolong

oleh -

Monitor, Kota- Duka mendalam menyelimuti suasana hati isteri dan anak almarhum Suharsono. Betapa tidak, warga yang tinggal di RT 04/09 Kelurahan Cipondoh Makmur, Kecamatan Cipondoh, Kota Tangerang itu, hanya bisa pasrah, sesudah berusaha keras mencari pertolongan medis dari sejumlah rumah sakit (RS) yang ada diwilayah setempat.

Meski hal itu sudah menjadi kehendak Tuhan, namun pihak keluarga dan kerabat almarhum sebelumnya sudah berjuang keras untuk menyelamatkan nyawa almarhum Suharsono.

Pasien pemegang Kartu Indonesia Sehat (KIS) itu, mengalami kondisi darurat karena pembuluh darah di kepala pecah, setelah terjatuh di kamar mandi rumahnya.

Sayangnya, disaat kondisi kritis seperti itu, penanganan di ruang Intensive Care Unit (ICU) di sejumlah RS di Kota Tangerang, di informasikan sedang penuh. Mau tidak mau, pihak keluarga yang saat itu tak bisa berbuat apa-apa lagi, akhirnya harus merelakan almarhum Suharsono menemui ajalnya.

Ya, kisah pilu ini di ceritakan oleh kerabat korban yang pada saat itu ikut juga membantu mencarikan pelayanan atau pertolongan bagi almarhum Suharsono, semasa masih dalam kondisi kritis.

“Jadi pada hari Selasa kemarin sekitar jam 17.50 pak Suharsono (almarhum), hendak mandi untuk kemudian menunaikan sholat magrib berjamaah di musholah sekitar rumah seperti hari biasanya. Baru saja sekitar 2 menit didalam kamar mandi, istri almarhum mendengar teriakan dari dalam kamar mandi, dan ketika dibuka ternyata bapak badannya sudah kaku dan hanya suara nya saja yang masih terdengar sambil berkata bu badanku kaku, mataku gelap, darah keluar dari lobang hidung, telinga serta mulutnya, langsung saja kami bawa kerumah sakit,” kata Qinoy, kerabat almarhum, saat berbincang santai kepada wartawan, Kamis (1/7/2019) malam.

Dalam kondisi panik, pihak keluarga akhirnya memutuskan membawa Suharsono yang sudah kritis itu ke RS Mayapada.

“Dan kebetulan kami sampai di RS Mayapada mengingat kondisi bapak yang makin kritis itu lah RS terdekat.  Padahal awalnya kami mau bawa bapak ke RSUD Kota Tangerang, karena bapak hanya punya kartu jaminan KIS, tapi karena darurat ya kami masuk saja ke IGD RS Mayapada,” ucap Qinoy menirukan cerita Imam, anak dari almarhum.

Namun, pihak RS Mayapada tak dapat memberikan tindaklanjut medis lebih, di karenakan keterbatasan ruang ICU yang sudah penuh.

“Memang disini kami mendapatkan pelayanan yang cepat, tapi pihak RS Mayapada, menyarankan bapak harus dirawat di ruang ICU guna mendapatkan perawatan yang lebih Intensif. Sebab di RS itu, hanya ada 7 tempat tidur di ruang ICU nya, yang 5 khusus pasien BPJS, sudah full. Sedangkan 2 lainnya untuk umum dan itu pun yang satu sudah di boking, dan yang satu lagi sedang dalam perbaikan,” paparnya.

Meski demikian, pihak RS Mayapada pun sempat ikut membantu mencarikan alternatif RS lainnya. Namun, nyatanya semua RS di Kota Tangerang yang dihubungi pun berdalih hal sama, yakni sedang full kapasitas.

“Tapi ya gitu, semuanya bilang penuh di Tangerang, EMC, Sari Asih, RSUD Kab Tangerang, bahkan di RSUD Kota Tangerang pun katanya penuh. Kami disuruh nunggu sampai ada pasien yg keluar baru bapak bisa masuk, begitu pula yang ada di Jakarta. Memang ada satu RS alternatif yang bisa, yakni di RSPAD, tapi tidak bisa pakai BPJS. Dan estimasi biayanya sekitar 30jt an per malamnya. Kami tidak sanggup. Bahkan saking frustasinya ibu malah menyarankan ke saya untuk cabut saja selang dan kabel dibadan bapak, kita pulang, kita iklaskan saja,” kata Qinoy, mengungkapkan cerita Imam kepadanya penuh sedih.

Tetapi anehnya, tambah Qinoy, saat pihak keluarga yang panik itu sempat masuk melihat-lihat ke ruang ICU di RS tersebut, pada keesokan harinya, ditemukan sebuah tempat tidur yang masih kosong tanpa ada pasiennya.

“Ada kerabat kami masuk keruang ICU pada hari Rabu jam 18.00, ada ko yang kosong satu tempat tidur, bahkan untuk lebih yakin lagi kerabat kami bertanya ke pasien yang ada disebelah nya, bu ini kosong apa ada orang nya, lalu pasien itu menjawab kosong pak. Kami heran jadinya, ko bisa yah kosong dibilang penuh, padahal bapak kami sangat butuh ruang itu. Sampai akhirnya bapak kami meninggal dunia pada hari Kamis tepat di jam 11.25, tanpa adanya penanganan ICU,” pungkasnya. (mg1/ben)

Tinggalkan Balasan

No More Posts Available.

No more pages to load.