Terjerat Hukum, 18 ABH Diberikan Pembinaan P2TP2A Tangsel

oleh -
P2TP2A Kota Tangsel memberikan pembinaan kepada 18 ABH di Aula Mapolres Tangsel, Rabu(27/12/2017)

Monitor, Serpong – Sebagai bentuk upaya perlindungan hak Anak Berhadapan Hukum (ABH), Pusat Pelayanan Terpadu Pemberdayaan Perempuan dan Anak (P2TP2A) Kota Tangerang Selatan bersama Pusat Pembelajaran Keluarga (Puspaga), Rabu(27/12/2017) memberikan pembinaan dan motivasi pada 18 Anak Berhadapan Hukum (ABH) yang terciduk membawa senjata tajam di stasiun Jurangmangu beberapa waktu lalu. Selain 18 anak tersebut, pembinaan dan motivasi juga diberikan pada orang tuanya.

Pembinaan yang dilakukan secara terpisah kepada 18 ABH di salah satu ruang rapat. Sementara orang tua mereka di Aula lantai 4 Mapolres Tangsel. Kegiatan ini dihadiri langsung oleh Plt. Kepala Dinas Pemberdayaan Masyarakat Perlindungan Perempuan Perlindungan Anak dan keluarga berencana (DPMP3KB), Khairati serta beberapa jajarannya dan Kepala P2TP2A,  Herlina Mustika Sari.

Dalam paparan singkatnya, Khairati berpesan kepada 18 ABH, agar kejadian seperti ini tak perlu diulang lagi. Selain itu, Ia juga mengatakan bahwa pihaknya akan berusaha melepaskan 18 ABH ini dari jeratan hukum.

“Semoga ini tidak terulang lagi, dan saya akan berusaha agar kasus ini tidak meningkat statusnya dan tidak bergulir ke pengadilan,” ucapnya singkat.

Di sisi lain, Kepala P2TP2A, Herlina Mustika Sari, saat diwawancarai mengatakan bahwa 18 ABH ini harusnya hanya mendapat hukuman pelayanan sosial, hukuman pelayanan sosial ini seperti jaga masjid, jaga perpustakaan dan hukuman pelayanan sosial lain.

“Harusnya hukumannya jangan kurungan, karena mengingat usia mereka yang masih belia. Bagusnya hukuman sosial, seperti di Masjid mereka bisa bantu marbot masjid, karena kalaupun mereka diberi hukuman kurungan faktanya malah memberi efek negatif untuk mereka,” paparnya.

Bagi para orang tua ABH, lanjut Herlina, harus diberikan pembekalan dalam membina anak-anak  mereka di era digital ini. Sebab di era digital, problema keluarga sangat pelik adanya.

“Kami juga memberikan pembekalan pada orang tua mereka. Di era digital ini walau kita tidak memberikan mereka kebebasan di luar rumah namun dengan adanya medsos sama saja memasukan orang ke dalam rumah. Karena pada dasarnya setiap anak dilahirkan suci, polos. Lingkunganlah yang memberi warna bagi mereka. Saat ini medsos juga salah satu lingkungan,” ujarnya.(ikbal)

Tinggalkan Balasan

No More Posts Available.

No more pages to load.