Monitor, Tangsel – Kasus tewasnya seorang pria bernama Muhamad Basri (37) berbuntut panjang. Solidaritas berbagai komunitas dan organisasi perkumpulan asal Aceh bersuara keras, meminta kasus pengeroyokan itu diusut tuntas.
Terlebih, informasi yang beredar pun simpang siur. Ada yang menyebut jika Basri berencana membegal pengendara sepeda motor, namun ada juga yang menyatakan bahwa Basri adalah korban salah sasaran.
Polisi akhirnya memberikan kepastian soal kasus kejadian yang memicu tewasnya pria beranak 1 itu. Dijelaskan, jika Basri berencana merampas sepeda motor yang dikendarai remaja berinisial RI (17) di Jalan Wana Kencana, Sektor 12, Ciater, Serpong, Tangerang Selatan (Tangsel), Jumat 8 Mei 2020 dini hari.
Kapolres Tangsel, AKBP Iman Setiawan, menerangkan, bahwa saat kejadian Basri dan seorang pelaku lainnya menghampiri RI
seraya meminta paksa kunci sepeda motornya. Lantas RI pun berteriak meminta tolong warga sekitar.
“Dari keterangan saksi RI, bahwa korban melihat saudara MB terduga pelaku ini hendak merampas dengan cara meminta kunci dari pada motor saudara RI dan akan mengambil alih kendaraannya,” terang Iman di Mapolres Tangsel, Senin (11/5/2020).
Teriakan RI mengundang kehadiran warga. Mereka lantas mengejar Basri yang terlihat berlari ke arah suatu minimarket, tak jauh dari lokasi pertama. Sedangkan seorang pelaku lain berhasil melarikan diri mengendarai sepeda motor. Selanjutnya, sebagian masyarakat yang berkumpul spontan melakukan aksi kekerasan kepada Basri.
Menurut Iman, petugas kepolisian menemukan barang bukti berupa kunci leter T di dompet Basri. “Perlu diketahui bahwa kita temukan ada alat atau kunci leter T yang biasanya digunakan untuk mencuri kendaraan bermotor ada pada satu dompet saudara MB,” katanya.
Dengan begitu, polisi menjawab keragu-raguan sebagian kalangan yang menyebut bahwa Basri adalah korban salah sasaran amuk massa. Dari bukti dan keterangan yang diperoleh membeberkan, bahwa Basri adalah pelaku upaya pembegalan sekaligus juga korban kekerasan aksi “main hakim” sendiri.(bli)