Monitor, Tangsel- Tak terasa dalam hitungan 22 hari lagi atau pada tanggal 17 April 2019, masyarakat Indonesia dihadapkan dalam ajang pesta demokrasi 5 tahunan bernama Pemilihan Umum (Pemilu). Pemilu kali ini, Pemilihan Presiden (Pilpres) digelar berbarengan dengan Pemilihan Legislatif (Pileg).
Kedua Calon pasangan presiden (Capres), yakni pasangan nomor urut 01 Joko widodo-KH Ma’ruf Amien dan pasangan nomor 02 Prabowo Subianto-Sandiaga Salahudin Uno mulai menggelar kampanye terbuka pada 24 Maret 2019 kemarin.
Hari pertama kampanye terbuka, Capres petahana Jokowi mengawalinya di Provinsi Banten. Selain berdasarkan undian yang ada, dipilihnya tanah jawara sebagai lokasi pertama kampanye terbuka disebabkan Banten memiliki banyak sejarah, mulai dari pemerintahan kerajaan-kerajaan di Banten, serta tempat kelahiran Kiai Ma’ruf Amin di Tangerang.
“Kita milih di Banten karena hasil undian tanggal 24 kita dapat zona B, dan di dalamnya ada Banten. Tentu saja ini momentum yang sangat baik bagi pak Jokowi dan Ma’ruf Amin untuk memulai di sebuah tempat yang dalam konteks kesejarahan itu begitu luar biasa,” terang Hasto Kristiyanto, Sekretaris Tim Kampanye Nasional (TKN), di Posko Cemara, Jakarta Pusat, Sabtu 23 Maret 2019 lalu.
Persaingan suara antara Jokowi dan Prabowo kini bersaing tipis di Provinsi Banten. Prediksi itu diperoleh dari hasil beberapa penelitian lembaga survei baru-baru ini. Padahal sebagai gambaran, tahun 2014 silam perolehan suara pasangan Jokowi-JK sebesar 42,90 persen, sedangkan pasangan Prabowo-Hatta mencapai 57,10 persen.
Wakil Ketua TKD Provinsi Banten, Wawan Irawan menganggap, tipisnya selisih hasil survei pasangan 01 dan 02 itu disebabkan adanya perubahan nyata yang dirasakan masyarakat Banten selama periode pertama kepemimpinan Jokowi. Terutama, infrastruktur jalan, waduk, dan jembatan gantung penghubung.
“Semua perubahan itu dirasakan langsung masyarakat Banten. Maka nya kami tak heran, jika banyak hasil survei kini mengungkap bahwa perolehan suara 01 melesat, dan kini hanya selisih tipis dengan 02,” ucap Wawan kepada wartawan, Selasa (26/3/2019).
Dikatakan Wawan, masyarakat tentu memiliki tingkat kepuasan sendiri dalam kepemimpinan Jokowi selama ini. Sehingga dia berkeyakinan, jika rakyat tak mau mengalihkan kepuasan itu kepada calon lainnya dalam ajang Pilpres 17 April nanti.
“Masyarakat kalau sudah puas, yakin dengan kinerja seseorang, pengalamannya, prestasinya, insyaallah tak akan berpaling. Tentu kita juga berharap, hoax dan fitnah yang terus menyerang Pak Jokowi segera dihentikan,” jelasnya.
Sejalan dengan pernyataan Jokowi tentang kepemimpinan, Menurut Wawan, Indonesia memang tak boleh dipimpin oleh mereka yang tak memiliki pengalaman tentang itu. Karena resikonya, konsep pembangunan yang sudah berjalan bisa jadi terbengkalai atau dirubah sekali.
“Kalau kepercayaan itu diserahkan kepada sosok yang belum memiliki pengalaman, maka resikonya bisa fatal bagi kemajuan bangsa kedepan,” imbuhnya.
Masih kata Wawan, jika dilihat dari rekam jejaknya maka Jokowi bisa dibilang memiliki pengalaman memimpin, dari daerah hingga ke kancah nasional. Dimulai dari menjadi Wali Kota Solo, Gubernur DKI Jakarta, hingga 4,5 tahun belakangan menjadi Presiden Indonesia.
“Pengalamannya ada. Jadi saya coba kembali tegaskan disini, jika mencari sosok pemimpin yang tepat bagi Indonesia kedepan, maka pilihlah yang berpengalaman,” tandasnya.(bli)